Investasi Asing di Sektor Kelautan dan Perikanan RI Rp 1,4 T, Mayoritas China

5 Februari 2024 12:55 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wapres Ma'ruf Amin didampingi Menteri KKP Wahyu Trenggono panen udang perdana di Taman Budidaya Udang Berbasis Kawasan di Kebumen.  Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wapres Ma'ruf Amin didampingi Menteri KKP Wahyu Trenggono panen udang perdana di Taman Budidaya Udang Berbasis Kawasan di Kebumen. Foto: Annisa Thahira Madina/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono mengungkapkan investasi sektor kelautan dan perikanan di Indonesia mencapai Rp 9,56 triliun per kuartal III 2023. China mendominasi investasi asing di sektor tersebut.
ADVERTISEMENT
Sakti menyebutkan, total investasi tersebut terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mencapai Rp 5,32 triliun, sementara Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar Rp 1,4 triliun dan kredit investasi Rp 2,84 triliun.
"Realisasi PMA terbesar dari Republik Rakyat Tiongkok mencapai Rp 370,74 miliar disusul Malaysia Rp 240.47 miliar dan Swiss Rp 152,89 miliar," ujarnya saat Indonesia Marine and Fisheries Business Forum 2024, Senin (5/2).
Sementara itu, daerah dengan investasi sektor kelautan dan perikanan terbesar yaitu Jawa Timur dengan Rp 1,77 triliun, kemudian Jawa Barat Rp 1,1 triliun, dan DKI Jakarta dengan Rp 910 miliar.
Kemudian jika berdasarkan bidang usaha, pengolahan ikan menempati urutan pertama investasi sebesar Rp 3,65 triliun, selanjutnya budidaya perikanan sebesar Rp 2,6 triliun, pemasaran Rp 1,95 triliun, penangkapan ikan Rp 1,18 triliun, dan jasa perikanan Rp 186,51 miliar.
ADVERTISEMENT
"Proyeksi dari global seafood market, pasar seafood global akan tumbuh dengan laju hingga 8,92 persen, pertumbuhan ini menciptakan peluang yang sangat besar bagi industri dan para pelaku bisnisnya," ungkap Sakti.
Sakti juga menyoroti data Food and Agriculture Organization (FAO), persentase masyarakat dunia yang mengalami kekurangan pangan meningkat dari 7,9 persen di tahun 2019 menjadi 9,2 persen pada 2022.
Dengan demikian, kata dia, permasalahan pangan di dunia diperkirakan akan menjadi isu utama mengingat terus bertambahnya populasi dunia, yang diperkirakan mengalami peningkatan sebesar 30 persen pada tahun 2050 menyentuh angka 9,7 miliar jiwa.
"Peningkatan populasi tersebut berdampak pada peningkatan kebutuhan protein sebesar 70 persen, yang mana sumber protein diprediksi dapat memenuhi perkiraan tersebut bersumber daya hayati laut," pungkas Sakti.
ADVERTISEMENT