Investasi EBT Dinilai Tak Terganggu Akibat Virus Corona

9 Maret 2020 17:36 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Energi Baru Terbarukan di Pantai Baru, Bantul Foto: Resya Firmansyah/ kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Energi Baru Terbarukan di Pantai Baru, Bantul Foto: Resya Firmansyah/ kumparan
ADVERTISEMENT
Mewabahnya virus corona tidak akan banyak berdampak bagi investasi di bidang Energi Baru Terbarukan (EBT).
ADVERTISEMENT
Dengan kata lain, investasi sektor EBT ini tidak terganggu meski penyebaran virus corona masif yang memukul perekonomian banyak negara. Lantas, mengapa bisa begitu?
Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan Ditjen EBTKE Kementerian ESDM Harris menilai, virus corona ini merupakan fenomena yang relatif bertahan dalam jangka pendek. Sementara, investasi di EBT berlangsung dalam jangka panjang. 
"Jauh lah, menurut saya (dampaknya). Efek corona ini kan, saya lihat yang jangka pendek misalnya pariwisata langsung turun, kalau investasi EBT kan jangka panjang, kalau misalnya sekarang (investor) lagi malas datang ke Indonesia karena ada isu ini, ya nunggu dulu reda," ujar Harris ketika ditemui di Kantor ESDM, Jakarta, Senin (9/3).
Kendati tak sampai mengganggu investasi, Harris mengakui, operasional sektor EBT tak dipungkiri terkena imbas seperti keterlambatan. Namun, tak sampai parah dan ada banyak faktor lainnya yang berperan.  
ADVERTISEMENT
"Kita melakukan upaya-upaya untuk memonitor potensi keterlambatan itu, ada apa enggak dan misalkan ada, kita akan lihat permasalahannya apa untuk bisa kita selesaikan sama-sama," ujarnya. 
Energi Baru Terbarukan di Pantai Baru, Bantul Foto: Resya Firmansyah/ kumparan
Di sisi lain, Haris menuturkan, turunnya harga minyak juga tak lepas dari merebaknya virus corona, namun ini juga tak banyak berdampak di sektor EBT. Ia berdalih, pergerakan harga minyak masih dinamis. Sementara EBT jangka panjang yang cenderung tak terpengaruh pergolakan alias stabil.
"Kita kan belum tahu, mungkin besok naik lagi. Kita lihat jangka panjang lah, kan EBT ini jangka panjang," tegasnya.
Sebaliknya, pihaknya mengklaim, permintaan investasi di sektor EBT kini justru sedang mengalami tren yang positif. Sebab saat ini, kesadaran untuk menggunakan energi-energi yang ramah lingkungan makin besar secara global. 
ADVERTISEMENT
"Jadi makanya di kita ini banyak sekali yang datang menawarkan potensi pembiayaan, expertise, macam-macam untuk bisa berkontribusi untuk pengembangan EBT di Indonesia," ujarnya. 
Pemanfaatan sumber energi yang ramah lingkungan ini pula sejalan dengan Paris Agreement yang ditandatangani pada 22 April 2016 di Paris oleh Indonesia melalui Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).
Pemerintah menargetkan penggunaan EBT mencapai 23 persen dari total bauran energi seluruhnya pada 2025. PLTS diproyeksikan dapat menyumbang sebanyak 2.023,3 MW di 2025.