Investor Khawatir Perlambatan Ekonomi, Rupiah Bisa Sentuh Rp15.000 per Dolar AS?

17 Mei 2022 8:12 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
zoom-in-whitePerbesar
Karyawan menghitung uang rupiah dan dolar AS di Bank Mandiri Syariah, Jakarta, Senin (20/4/2020). Foto: ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
ADVERTISEMENT
Rupiah diprediksi bisa menyentuh Rp 15.000 per Dolar AS. Hal tersebut seiring dengan kondisi ekonomi global di mana, lonjakan inflasi terjadi dan bank sentral dunia kompak menaikkan suku bunga acuan.
ADVERTISEMENT
“Dengan kondisi ekonomi global yang terus bermasalah dan inflasi yang tinggi membuat bank sentral global menaikkan suku bunga, ini akan berpengaruh terhadap pelemahan mata uang rupiah. ada kemungkinan Rupiah akan melemah di Rp.15.000 (per Dolar AS),” ungkap Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi, Selasa (17/5).
Sehingga hal tersebut akan menghambat pertumbuhan ekonomi global dan meningkatkan daya tarik mata uang safe-haven. Sekadar catatan, rupiah di pasar spot sendiri saat ini berada di level 14.600-an per dolar AS.
Apalagi, data ekonomi China menunjukkan hasil yang suram menambah kekhawatiran investor tentang perlambatan global dan kenaikan suku bunga.
Warga mengantre untuk swab tes COVID-19 saat lockdown di tengah pandemi penyakit coronavirus, di Shanghai, China, Senin (9/5/2022). Foto: Aly Song/REUTERS
Di mana, aktivitas China merosot tajam pada April 2022 karena meluasnya lockdown atas COVID-19 yang berdampak besar pada konsumsi, produksi industri dan lapangan kerja.
ADVERTISEMENT
"Selain itu, menambah kekhawatiran ekonomi dapat menyusut pada kuartal kedua,” seperti dikutip reuters.
Jerome Powell. Foto: REUTERS/Joshua Roberts
Tidak hanya itu saja, investor telah khawatir bahwa kenaikan suku bunga agresif oleh Federal Reserve AS untuk memerangi inflasi yang tinggi selama beberapa dekade dapat mengarahkan ekonomi ke dalam resesi, dengan konflik di Ukraina, gangguan rantai pasokan dan penguncian terkait pandemi di China memperburuk masalah ekonomi.
Data pada Senin menunjukkan aktivitas pabrik di negara bagian New York merosot pada Mei untuk ketiga kalinya tahun ini di tengah anjloknya pesanan dan pengiriman baru.