Investor Tak Mau Panik Hadapi Tarif Trump, Risiko Sudah Diantisipasi
7 Juli 2025 6:05 WIB
·
waktu baca 5 menitInvestor Tak Mau Panik Hadapi Tarif Trump, Risiko Sudah Diantisipasi
Investor global saat ini jauh lebih tenang dalam memantau tenggat tarif Trump. kumparanBISNIS



ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, beberapa hari sebelum berakhirnya jeda 90 hari yang diumumkan Trump pada Liberation Day tanggal 2 April lalu, ia menyatakan bahwa gelombang pertama surat berisi rincian tarif atas ekspor ke Amerika Serikat akan dikirimkan ke 12 negara pada hari Senin (7/7).
Investor yang telah memantau tanggal ini selama berbulan-bulan memperkirakan akan muncul rincian lebih lanjut dalam beberapa hari ke depan, serta ketidakpastian berkepanjangan, karena mereka memperkirakan Trump tidak akan mampu menyelesaikan kesepakatan dagang dengan semua mitra Amerika dalam pekan tersebut. Namun, mereka tampak tidak terlalu khawatir.
“Pasar sekarang jauh lebih nyaman dan tenang saat menghadapi berita soal tarif,” kata Jeff Blazek, Co-Chief Investment Officer untuk aset multi di Neuberger Berman, New York.
ADVERTISEMENT
“Pasar percaya bahwa ada cukup banyak kelonggaran dalam tenggat waktu selama tidak ada kejutan besar sehingga tidak terlalu terganggu oleh berita tarif, dan menganggap bahwa skenario terburuk kini sudah disingkirkan dari meja,” tambah Jeff.
Baik tingkat tarif maupun tanggal pemberlakuannya kini menjadi target yang terus bergerak. Trump mengatakan pada hari Jumat (4/7) bahwa tarif hingga 70 persen bisa mulai diberlakukan pada 1 Agustus, jauh lebih tinggi dibandingkan kisaran 10 hingga 50 persen yang dia umumkan pada April.
Sejauh ini, pemerintah AS baru mencapai kesepakatan terbatas dengan Inggris dan kesepakatan prinsip dengan Vietnam. Kesepakatan yang diharapkan dengan India dan Jepang belum juga tercapai, dan pembicaraan dengan Uni Eropa mengalami hambatan.
Sementara itu, indeks saham global (.MIWD00000PUS) berada di rekor tertinggi, naik 11 persen sejak 2 April. Saham sempat turun 14 persen hanya dalam tiga sesi perdagangan setelah pengumuman itu, tetapi kemudian naik kembali sebesar 24 persen.
ADVERTISEMENT
“Kalau Liberation Day adalah gempa utama, maka surat tarif ini adalah gempa susulan. Dampaknya tidak akan sebesar yang pertama, bahkan jika tarif yang ditetapkan lebih tinggi dari 10 persen,” kata Rong Ren Goh, manajer portofolio untuk tim pendapatan tetap di Eastspring Investments, Singapura.
Pasar saham menyambut baik pengesahan undang-undang yang membuat pemotongan pajak Trump tahun 2017 menjadi permanen. Namun, investor obligasi tetap waspada karena kebijakan tersebut diperkirakan akan menambah utang nasional lebih dari USD 3 triliun, dari total utang yang kini mencapai USD 36,2 triliun.
Indeks S&P 500 (.SPX) dan Nasdaq (.IXIC) mencatatkan kenaikan selama tiga minggu berturut-turut pada Jumat (4/7) lalu. Sementara itu, indeks STOXX 600 Eropa (.STOXX) naik 9 persen dalam tiga bulan terakhir.
ADVERTISEMENT
Namun saham sedikit tergelincir pada Jumat (4/7) ketika Trump berhasil mengesahkan RUU pemangkasan pajaknya, dan perhatian pasar beralih ke tenggat 9 Juli untuk negara-negara menyelesaikan kesepakatan dagang dengan ekonomi terbesar dunia itu.
Dolar AS juga melemah terhadap sejumlah mata uang utama, karena pasar AS tutup lebih awal untuk pekan yang dipersingkat oleh libur nasional. Para pelaku pasar mempertimbangkan dampak dari RUU belanja besar-besaran yang ditandatangani Trump dan diperkirakan akan menambah sekitar USD 3,4 triliun ke utang nasional.
Indeks STOXX 600 pan-Eropa (.STOXX) turun 0,5 persen, dengan saham sektor perbankan, pertambangan, dan ritel menjadi kelompok yang paling banyak melemah.
Futures indeks S&P 500 AS turun tipis 0,6 persen, setelah indeks kasnya naik 0,8 persen ke level penutupan tertinggi sepanjang masa. Wall Street tutup pada hari Jumat (4/7) untuk libur Hari Kemerdekaan.
ADVERTISEMENT
Trump juga menyatakan bahwa pada hari Jumat (4/7), Washington akan mulai mengirimkan surat ke berbagai negara yang mencantumkan tarif yang akan dikenakan atas ekspor mereka ke AS. Ini menjadi pergeseran sikap dari janji awalnya untuk menjalin banyak kesepakatan dagang secara individual sebelum tenggat 9 Juli, ketika tarif bisa naik drastis.
“Investor kini tinggal menunggu tanggal 9 Juli,” kata Tony Sycamore, analis di IG. Ia menambahkan bahwa pesimisme pasar terhadap kemungkinan tercapainya kesepakatan dagang telah menjadi penyebab lemahnya pasar saham di Asia, terutama di Jepang dan Korea Selatan yang sangat bergantung pada ekspor.
Pada saat yang sama, investor juga menyambut baik laporan ketenagakerjaan AS yang lebih kuat dari perkiraan pada hari Kamis (10/7), yang mendorong ketiga indeks utama saham AS naik dalam sesi perdagangan yang dipersingkat.
ADVERTISEMENT
Euro menguat 0,2 persen ke posisi $1,1778, sementara poundsterling stabil di angka USD 1,3662 setelah pasar Inggris kembali stabil menyusul ketegangan investor akibat penampilan penuh emosi Menteri Keuangan Rachel Reeves di parlemen pada hari Rabu (2/7).
Pasar obligasi AS tutup pada hari Jumat (4/7) karena libur nasional, tetapi imbal hasil obligasi 10 tahun naik 4,7 basis poin menjadi 4,34 persen, sedangkan imbal hasil obligasi 2 tahun melonjak 9,3 basis poin menjadi 3,882 persen.
Harga emas naik 0,4 persen menjadi USD 3.336 per ons, menuju kenaikan mingguan karena investor kembali mencari aset aman di tengah kekhawatiran terhadap kondisi fiskal AS dan risiko tarif.
Harga minyak Brent berjangka turun 57 sen menjadi USD 68,23 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 66 sen menjadi USD 66,34, setelah Iran kembali menegaskan komitmennya terhadap non-proliferasi nuklir.
ADVERTISEMENT