Iran-Israel Memanas, ESDM Wanti-wanti Harga Minyak Bisa Tembus USD 100 per Barel

16 April 2024 14:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
3
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Dirjen Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji di Gedung DPR, Selasa (4/4/2023). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Dirjen Migas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji di Gedung DPR, Selasa (4/4/2023). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tutuka Ariadji mengatakan, konflik antara Iran dengan Israel yang makin memanas bisa memberikan tekanan terhadap harga minyak dunia.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, konflik kedua negara tersebut diperkirakan akan mengerek harga minyak dunia antara USD 5 hingga USD 10 per barel. Tutuka juga mengatakan, jika harga minyak dunia saat ini sekitar USD 90 per barel, adanya konflik Iran-Israel bisa mengerek harga minyak mendekati USD 100 per barel.
"Jadi ini masih pendapat dan kajian dari kami. Jadi kalau harga minyak dugaan kami akan ada tekanan untuk naik dan tekanan untuk naik itu diwujudkan dalam premium risiko itu kalau menurut pendapat kami USD 5 sampai USD 10 per barel," ujarnya usai acara halal bihalal di Kantor Kementerian ESDM, Selasa (16/4).
"Jadi kalau sekarang kan 90-an jadi kalau menurut kami memang untuk naik mendekati 100 kayaknya bisa terjadi," sambungnya.
ADVERTISEMENT
Sehubungan dengan hal tersebut, Tutuka mengatakan, kenaikan harga minyak mentah bisa mengerek impor minyak dan BBM. Oleh karena itu, pihaknya telah meminta PT Pertamina (Persero) untuk membuat simulasi dampak dari kenaikan harga minyak mentah.
"Kan kita impor crude dan impor BBM otomatis kalau import crude pasti naik kan, BBM harganya naik juga, kita import BBM sebagian besar dari Singapura dan Malaysia, itu yang disimulasikan Pertamina," jelasnya.
Tutuka mengungkapkan bahwa harga minyak bakal naik, namun akan turun lagi. Namun pihaknya tidak akan lengah terhadap kondisi tersebut.
"Tapi kalau menurut saya kenaikan itu kemungkinan spike terus turun lagi, tapi kita tidak boleh lengah karena dalam kondisi seperti ini sedikit saja salah bisa jadi besar, itu yang tidak bisa kita semua negara mana pun juga bisa mengkondisikan semua berjalan lancar karena ada mistake dan accident saja bisa timbul, jadi kita mesti siap kemungkinan terburuk," pungkasnya.
ADVERTISEMENT
Adapun harga minyak dunia ditutup lebih rendah pada penutupan perdagangan Senin (15/4) setelah serangan Iran terhadap Israel. Iran adalah negara produsen dengan kapasitas lebih dari 3 juta barel minyak mentah per hari.
Dikutip dari Reuters, Brent berjangka untuk pengiriman bulan Juni ditutup pada USD 90,10 per barel, turun 35 sen, atau 0,4 persen. Minyak mentah berjangka AS untuk pengiriman Mei turun 25 sen, atau 0,3 persen menjadi USD 85,41 per barel.