Israel Serang Balik Iran, BI Siap Jaga Stabilitas Nilai Tukar Rupiah

19 April 2024 13:48 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sisa-sisa pendorong roket setelah Iran meluncurkan drone dan rudal ke arah Israel, dekat Arad, Israel, Minggu (14/4/2024) Foto: CHRISTOPHE VAN DER PERRE/REUTERS
zoom-in-whitePerbesar
Sisa-sisa pendorong roket setelah Iran meluncurkan drone dan rudal ke arah Israel, dekat Arad, Israel, Minggu (14/4/2024) Foto: CHRISTOPHE VAN DER PERRE/REUTERS
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Bank Indonesia (BI) mengungkapkan ekonomi Indonesia termasuk salah satu negara emerging market (EMEs) yang kuat dalam menghadapi dampak rambatan global akibat ketidakpastian penurunan Fed Fund Rate (FFR) dan meningkatnya ketegangan geopolitik di Timur Tengah.
ADVERTISEMENT
Untuk memperkuat ketahanan eksternal, komitmen kuat Bank Indonesia dalam stabilisasi nilai tukar menjadi bagian penting. Pada pertemuan sidang G20 dan IMF di Washington DC, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan stabilitas rupiah tetap terjaga.
“‘Kami terus memastikan stabilitas rupiah tetap terjaga dengan intervensi valuta asing dan langkah-langkah lain yang diperlukan’. Demikian pernyataan Gubernur Bank Indonesia,” kata Asisten Gubernur BI Erwin Haryono dalam keterangannya, Jumat (19/4).
Erwin memastikan, ketahanan eksternal ekonomi Indonesia juga didukung pengelolaan aliran portofolio asing yang ramah pasar, termasuk operasi moneter yang pro market dan terintegrasi dengan pendalaman pasar uang.
Sebelumnya Kepala Departemen Moneter BI, Edi Susianto, menyebut serangan Israel terhadap Iran menyebabkan mata uang Asia hampir semua mengalami pelemahan kembali terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
ADVERTISEMENT
“Dari kondisi tersebut di atas menggambarkan faktor sentimen global khususnya terkait geopolitik masih cukup tinggi,” jelas Edi.
BI telah mengimbau para pelaku pasar domestik untuk lebih memanfaatkan instrumen lindung nilai (hedging) di pasar domestik seperti DNDF (Domestic Non Deliverable Forward).
“Dalam kondisi tersebut selayaknya di pasar domestiknya jangan dibangun ke arah tingkat kekhawatiran yang berlebihan,” terang Edi.