Jadi Hacker 'Lurus', Pria 21 Tahun Ini Dapat Penghasilan Rp 14 Miliar per Tahun

4 Oktober 2020 18:10 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Santiagao Lopez. Foto: Instagram/@santilopez0
zoom-in-whitePerbesar
Santiagao Lopez. Foto: Instagram/@santilopez0
ADVERTISEMENT
Santiagao Lopez saat ini berusia 21 tahun. Ia merupakan profesional hacker atau peretas legal yang bertugas menguji ketahanan sistem keamanan digital (cyber security) milik perusahaan. Ia mencari celah atau titik terlemah dari pertahanan digital dan sistem IT perusahaan, kemudian melaporkannya.
ADVERTISEMENT
Ia telah menjadi hacker sejak usia 16 tahun dan belajar secara otodidak dari YouTube.
Meski menjadi hacker, ia mengaku tak pernah terlibat dalam kejahatan dunia maya. Sebagai hacker 'putih', jasanya dipakai untuk mencari celah kelemahan dari cyber security. Makin susah atau makin banyak temuan, kompensasi yang diperoleh semakin besar.
Santiagao Lopez. Foto: Instagram/@santilopez0
Dikutip dari Wall Street Journal (WSJ), Minggu (4/10), pada tahun 2019, Lopez mengantongi penghasilan sebagai hacker profesional USD 1 juta atau setara Rp 14,7 miliar. Penghasilannya meningkat selama pandemi, di mana tren pembobolan semakin tinggi dan jasanya semakin dibutuhkan. Ia mengaku telah mengantongi USD 2 juta atau Rp 29,4 miliar, meski tahun 2020 belum berakhir. Terbaru, ia menemukan cacat atau titik rawan serangan cyber di Airbnb dan Verizon Media Group.
ADVERTISEMENT
"Meskipun perusahaan terus meningkatkan sistem keamanan digitalnya, hacker jahat selalu berlomba dan belajar cara baru untuk mencari titik lemah keamanan digital untuk dibobol," ungkap Lopez dalam wawancara dengan WSJ.
Menurutnya, industri perbankan dan perusahaan berbasis teknologi memiliki keamanan digital yang kuat. Namun, kampus hingga industri kesehatan sama sekali tidak menaruh perhatian ke cyber security. Padahal industri kesehatan memiliki informasi sensitif pasiennya," tambahnya.
Persoalan lainnya, ia menemukan hasil temuan para hacker profesional jarang ditindaklanjuti oleh tim internal perusahaan. Alasannya, mereka tidak memiliki sumberdaya manusia yang mumpuni untuk menyelesaikan celah yang rawan dibobol hacker jahat.