Jadi Mitra Strategis LPEI, Koperasi KSS di Jembrana Raih Penghargaan

24 Desember 2019 10:00 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Aktivitas usaha Koperasi Kerta Semaya Samaniya, Jembrana, Bali, peraih anugerah revolusi mental 2019. Foto: Dok. LPEI
zoom-in-whitePerbesar
Aktivitas usaha Koperasi Kerta Semaya Samaniya, Jembrana, Bali, peraih anugerah revolusi mental 2019. Foto: Dok. LPEI
ADVERTISEMENT
Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank belum lama ini meresmikan Desa Nusasari di Kabupaten Jembrana sebagai Desa Devisa. Tepatnya pada Jumat (6/12) lalu, Desa Nusasari menjadi pilot project dari program Desa Devisa LPEI karena produksi dan penjualan biji kakao yang selalu meningkat dari tahun ke tahun.
ADVERTISEMENT
Sebenarnya, pertanian kakao di Jembrana telah ada sejak 1984. Sementara produksi kakao fermentasi baru berjalan pada tahun 2009 lalu ketika permintaan mulai berdatangan.
Jatuh bangun pun pernah dirasakan oleh para petani kakao di Jembrana. Harga biji kakao yang sangat rendah di tangan tengkulak hingga serangan hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di tahun 2009 yang membuat banyak petani gagal panen.
Hingga pada tahun 2011, Koperasi KSS (Kerta Semaya Samaniya) yang sempat mengalami kebangkrutan kembali beroperasi dan meminta petani kakao setempat untuk bergabung. Tak berselang lama, tepatnya pada tahun 2012, LPEI pun masuk ke Desa Nusasari dan menjadikan Koperasi sebagai mitranya. Dari tahun 2012 hingga 2019, banyak program yang dilakukan oleh LPEI bersama Koperasi KSS untuk meningkatkan produksi dan penjualan biji kakao.
ADVERTISEMENT
Program pertama LPEI diawali dengan memberikan training berupa internal management system, good agriculture practice, dan membangun sinergitas.
“Proposal pertama yang kami mohonkan ke LPEI adalah training-training. Training pertama adalah internal management system, jadi kami bentuk satu ketua di dalam suatu tempat, lalu mereka bertanggung jawab terhadap proses kakao. Training kedua adalah fermentasi agar petani tahu proses-prosesnya,” ungkap Pembina Koperasi KSS dari Yayasan Kalimajari, Agung Widiastuti kepada kumparan di Gedung Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank, Jakarta, Jumat (20/12).
Agung Widiastuti (Widi), pembina Koperasi Kerta Semaya Samaniya, Jembrana, Bali. Foto: Dok. LPEI
LPEI juga memberikan fasilitas berupa bantuan sarana dan prasarana untuk meningkatkan produksi biji kakao, seperti soil dryer hingga kotak fermentasi. Berlanjut pada tahun 2015, LPEI kembali menggelar training soal manajemen ekspor dan mendampingi petani dan Koperasi KSS dalam proses ekspor perdana kakao Jembrana ke Prancis.
ADVERTISEMENT
Ketua Koperasi KSS, I Ketut Wiadnyana mengatakan, ekspor perdana kakao Jembrana ke Prancis kala itu hanya 1 kontainer, atau senilai Rp 800 juta. Pada awal ekspor, Koperasi KSS memberi margin Rp 4.980 per kg untuk membeli kakao fermentasi petani, dibandingkan harga biji kakao.
“Akhirnya kami kirim perdana Oktober 2015 ke Prancis sampai tahun ini. 2016 ada tambahan Jepang. Kemudian 2019 tambahan 1 ke Belgia. Kami sekarang sedang mempersiapkan ekspor ke Inggris, Rusia dan Pakistan,” kata Widi.
Satu tahun kemudian, kakao Jembrana kembali diekspor ke Jepang dan Prancis dan nilainya naik lebih dari dua kali lipat. Dan tahun ini, diperkirakan nilai ekspor kakao Jembrana dari Desa Nusasari mencapai Rp 2,4 miliar.
ADVERTISEMENT
Hal itu tentunya membawa keuntungan untuk para petani. Sebab, kini semakin besar ekspor yang dilakukan, margin yang diberikan juga makin besar.
“Sekarang anak-anak muda juga tidak malu untuk menjadi petani kakao. Karena memang yang dihasilkan tidak kecil,” kata I Ketut Wiadnyana.
Ketut juga menjelaskan hingga saat ini, Koperasi KSS telah beranggotakan 609 petani. Sementara produksi kakao dari semula hanya 2 ton di tahun 2012, meningkat menjadi 57 ton di tahun 2017.
Berkat kemajuan industri kakao di Desa Nusasari, tak hanya menjadi Desa Devisa LPEI, Koperasi Kerta Semaya Samaniya (KSS) juga berhasil meraih penghargaan Anugerah Revolusi Mental 2019 yang digelar oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK). Koperasi KSS dianggap berhasil mengubah mindset petani kakao Desa Nusasari yang semula hanya menjual biji kakao, kini juga memproduksi kakao fermentasi bersertifikat organik.
ADVERTISEMENT
“Mungkin itu yang membuat Kemenko PMK memilih kenapa kok, koperasi ini menang. Perubahan mindset itu yang terjadi di tingkat petani," jelas Widi.
Menurut Direktur Eksekutif LPEI, Sinthya Roesly, peran LPEI dalam meningkatkan industri kakao di Desa Nusasari sesuai dengan Undang-Undang (UU) Nomor 2 Tahun 2009. Berdasarkan UU tersebut, salah satu tugas LPEI adalah mendorong pengembangan UMKM dan koperasi untuk mengembangkan produk yang berorientasi ekspor.
“Di UU kita kata kuncinya itu, meningkatkan daya saing ekspor Indonesia, utamanya adalah UMKM. UMKM ini menjadi pilar penting sebagai mandat LPEI,” ucap Sinthya.
Hingga Juni 2019, LPEI telah menyalurkan pembiayaan sebesar Rp 15,8 triliun kepada UMKM yang berorientasi ekspor. Dan tercatat hingga akhir 2019, terdapat 38 eksportir baru dari berbagai daerah di Indonesia. Sinthya mengaku dukungan LPEI kepada UMKM ke depan akan semakin diperluas.
ADVERTISEMENT
Selain dari portofolio bisnis, LPEI juga memiliki Coaching Program for New Exporter (CPNE) dan Digital Handholding Program dari sisi jasa konsultasi. Program tersebut merupakan pendampingan ke UMKM dan koperasi sehingga dapat melakukan ekspor sendiri.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan LPEI.