news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Jaga Inflasi, Jokowi Mau Genjot Produksi Jagung hingga Dua Kali Lipat

5 Agustus 2022 15:52 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi menanam jagung bersama petani di Jeneponto, Sulawesi Selatan. Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi menanam jagung bersama petani di Jeneponto, Sulawesi Selatan. Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi ingin produksi pangan seperti jagung dan sorgum digenjot buat menjaga tingkat inflasi dari sektor pangan. Ini diungkapkan Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto.
ADVERTISEMENT
Menurut Airlangga, dalam rapat internal, Jokowi memberikan arahan agar Kementerian Pertanian meningkatkan produksi jagung hingga dua kali lipat daripada kemampuan produksi saat ini.
"Dalam rapat internal dengan Presiden, untuk jagung panen 5-6 juta ton dengan bibit biasa. Presiden minta Kementan untuk GMO, bisa 12-13 juta ton per hektar. Dengan luasan yang sama kapasitas produksi bisa meningkat dua kali untuk jaga inflasi," ujar Airlangga di Kemenko Bidang Perekonomian, Jumat (5/8).
Langkah ini, kata Airlangga, juga sejalan dengan rencana pemerintah melakukan substitusi dari gandum ke sorgum. Dana pemulihan ekonomi nasional (PEN) akan mulai diarahkan pada sektor produktif, sejalan dengan membaiknya penanganan COVID-19 di sektor kesehatan.
"Dalam kesiapan sorgum prototipe di NTT, Flores, dan pengembangan tanaman sagu, didalami oleh pemerintah dan kesiapan dari Casava," tuturnya.
Pohon sorgum Foto: Dok.KEHATI

Pemerintah Tekan Inflasi dengan Genjot Produksi

Deputi Ekonomi Makro dan Keuangan Kemenko Perekonomian Iskandar Simorangkir mengungkapkan, faktor pendorong kenaikan inflasi lebih banyak dari sisi domestik. Atas dasar itu, pemerintah akan fokus menangani sisi produksi.
ADVERTISEMENT
Sejumlah langkah yang disiapkan adalah tetap menahan subsidi, memperbaiki distribusi, serta meningkatkan kemampuan produksi food estate.
"Substitusi beras seperti kata Pak Menko, ditambah sorgum dan jagung, yang sudah Pak Presiden perintahkan. Pemakan sagu yang didorong, jadi supaya nanti jangan semuanya beban moneter," pungkasnya.
"Karena inflasi lebih banyak dari sisi domestik, jadi harusnya ditangani dari sisi domestik. Kecuali sudah tidak bisa ditangani, itu yang bahaya," sambung Iskandar.