Jawab Said Didu, Staf Khusus Sri Mulyani Jelaskan Soal Bunga Utang RI

4 September 2020 10:49 WIB
comment
5
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Said Didu saat memberikan kesaksian pada sidang lanjutan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) 2019 di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Rabu, 19 Juni 2019. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Said Didu saat memberikan kesaksian pada sidang lanjutan Perselisihan Hasil Pemilihan Umum (PHPU) 2019 di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Rabu, 19 Juni 2019. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Staf Khusus Menteri Keuangan Sri Mulyani, yakni Yustinus Prastowo, menanggapi cuitan mantan Staf Khusus Menteri ESDM, Said Didu. Said menulis di Twitter bahwa ada mafia utang yang menjebak Indonesia.
ADVERTISEMENT
“Perlu diwaspadai adanya mafia utang yang menjebak NKRI karena selain jumlah yang makin besar, juga bunga makin tinggi - bunga jauh lebih tinggi dari bunga utang negara lain,” tulis Said dalam akun Twitternya @msaid_didu seperti dikutip kumparan, Jumat (4/9).
Cuitan Said Didu tersebut pun ramai di Twitter. Hal itu juga direspons oleh Yustinus. Dalam laman Twitter-nya, Yustinus mengungkapkan pernyataan Said tidak adil dan mengarah ke fitnah, karena menuduh mafia utang dan mengatakan bahwa bunga utang semakin tinggi.
“Menurut saya ini tidak fair dan cenderung fitnah karena menuduh ada mafia utang dan bilang bunga utang makin tinggi. Ditambahi: lebih tinggi dibanding bunga utang negara lain. Hebatnya: tanpa data dan fakta!” kata Yustinus dalam akun Twitter-nya @prastow.
Yustinus Prastowo, Executive Director CITA Foto: Edy Sofyan/kumparan
Dia pun membeberkan data imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) atau surat utang yang bertenor sepuluh tahun terus menunjukkan penurunan, sejak 2006 hingga 2020. Bahkan yield Indonesia disebut lebih rendah dibandingkan negara peers, Afrika Selatan dan Brasil.
ADVERTISEMENT
Selain itu, Yustinus pun memberikan data yield SBN berdenominasi rupiah tenor sepuluh tahun yang juga menurun. Sejak awal tahun ini hingga 19 Agustus 2020, yield SBN rupiah tenor sepuluh tahun sudah turun 4,99 persen (ytd). Begitu juga dengan yield SBN dolar AS yang sudah turun 27,2 persen (ytd).
Per 19 Agustus 2020, yield SBN rupiah tenor sepuluh tahun mencapai 6,68 persen, turun dibandingkan 2 Januari 2020 sebesar 7,03 persen.
Sementara yield SBN dolar AS tenor sepuluh tahun mencapai 2,10 persen, turun dari 2 Januari sebesar 2,89 persen.
Kepemilikan asing di SBN juga menurun menjadi 28,57 persen, dari sebelumnya di 2 Januari 2020 sebesar 38,63 persen. Angka ini turun 26,04 persen (ytd).
ADVERTISEMENT
Ada juga data mengenai total utang pemerintah pusat yang mencapai Rp 5.434,86 triliun per akhir Juli 2020. Angka ini naik tipis 3,2 persen jika dibandingkan bulan sebelumnya, namun naik hingga 18 persen atau Rp 831 triliun dari periode Juli 2019.
Rasio utang mencapai 33,63 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Meningkat dibandingkan rasio di Juni 2020 sebesar 32,67 persen dari PDB.
“Memang jumlah utang naik, kan sudah jelas karena defisit fiskal naik untuk membiayai pandemi. Rasionya otomatis naik, tapi semua masih terjaga di level aman,” tulis Yustinus.
Terakhir, dia mempersilakan Said Didu untuk membandingkan utang Indonesia dengan negara lain. Namun, parameternya, ukuran ekonomi, rating utang, suku bunga bank, tingkat inflasi dan lain-lain, harus sesuai.
ADVERTISEMENT
“Lalu bagaimana dengan perbandingan? Silakan saja bandingkan dengan negara mana pun, asal parameternya sesuai untuk membandingkan. Bagaimana ukuran ekonomi negara tersebut, rating utang, suku bunga bank, tingkat inflasi dan lain-lain. Bagus jika didiskusikan lebih dalam ya Om,” tambahnya.
***
Saksikan video menarik di bawah ini.