Jebakan Tahun Politik: Pertumbuhan Ekonomi Selalu Turun

16 Agustus 2018 19:33 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden RI, Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri sidang tahunan MPR bersama DPR dan DPD RI, Gedung MPR, Jakarta (16/8). (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Presiden RI, Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla menghadiri sidang tahunan MPR bersama DPR dan DPD RI, Gedung MPR, Jakarta (16/8). (Foto: Iqbal Firdaus/kumparan)
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memangkas angka pertumbuhan ekonomi menjadi 5,3 persen pada Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2019. Angka itu menurun dibandingkan target tahun 2018 yang sebesar 5,4 persen.
ADVERTISEMENT
Ternyata, tren penurunan ini berulang kali terjadi pada saat masuki tahun politik, tepatnya tahun transisi pergantian periode pemerintahan.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira Adhinegara membenarkan turunnya target pertumbuhan ekonomi pada tahun depan karena adanya perhelatan acara politik lima tahunan, yakni pemilu legislatif dan pemilihan presiden.
"Itu salah satunya (penyebab)," ucapnya kepada kumparan, Kamis (16/8).
Meski demikian, Bhima menambahkan ada faktor lain yang membuat Tim Ekonomi Jokowi memangkas target pertumbuhan pada tahun 2019, yaitu adanya ketidakpastian ekonomi global seperti krisis mata uang Turki dan berlarutnya perang dagang China-Amerika Serikat (AS). Kemudian, potensi defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit/CAD). Faktor itu membuat Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia yang menjadi komponen perhitungan pertumbuhan ekonomi tidak tumbuh signifikan.
Ilustrasi menghitung mata uang Rupiah. (Foto: AFP/Bay Ismoyo)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi menghitung mata uang Rupiah. (Foto: AFP/Bay Ismoyo)
ADVERTISEMENT
"Apalagi ada krisis Turki dan perang dagang. Kinerja konsumsi masih di kisaran 5 persen kemudian net ekspor juga landai akibat proteksi dagang dan bengkaknya impor," tutur Bhima.
Menurutnya, salah satu solusi yang bisa dilakukan pemerintah untuk mampu mendorong ekonomi ke depannya yakni menyalurkan bantuan tunai dan dana desa sehingga ada dorongan konsumsi masyarakat. Namun, porsi bantuan tunai dan dana desa tidak berkotribusi besar dalam mengerek naik angka pertumbuhan ekonomi.
"Tapi perlu dicatat belanja pemerintah porsinya hanya 10 persen terhadap Produk Domestik Bruto, kecil dibanding investasi dan ekspor," kata Bhima.
Mengutip data dari Bank Dunia dan Nota Keuangan periode 2003 sampai 2019, terjadi tren penurunan pertumbuhan ekonomi setiap tahun politik seperti tahun 2009, 2014, dan 2019. Penurunan tajam terjadi pada tahun 2009 karena saat itu bertepatan dengan krisis keuangan dunia yang berpusat di AS. Uniknya, pertumbuhan ekonomi justru meningkat pada tahun 2004, padahal itu merupakan masa transisi dari Pemerintahan Presiden Megawati Soekarnoputri ke Pemerintahan Presiden Soesilo Bambang Yudhoyono.
ADVERTISEMENT
Berikut ini tren pertumbuhan ekonomi dari tahun 2003 sampai 2019: