Jepang Resesi, Penerbitan Samurai Bond Diminta Ditunda ke Semester II 2024

23 Februari 2024 15:30 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi mata uang Yen, Jepang. Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mata uang Yen, Jepang. Foto: Dewi Rachmat Kusuma/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Resesi yang terjadi di Jepang dinilai perlu diantisipasi oleh pemerintah. Untuk itu, penerbitan surat berharga negara (SBN) dengan mata uang yen atau Samurai Bond diharapkan bisa dilakukan di semester II tahun ini.
ADVERTISEMENT
Ekonom Center of Reform on Economic (Core), Yusuf Rendy Manilet, mengatakan penerbitan Samurai Bond bisa menunggu waktu yang tepat. Selain itu, pemerintah juga bisa melihat perkembangan ekonomi di Jepang.
"Saya kira pemerintah bisa melihat terlebih dahulu misalnya bagaimana perkembangan perekonomian Jepang di kuartal I dan II di tahun ini setidaknya. Kemudian bisa memastikan apakah tren resesi ataupun perlambatan perekonomian Jepang itu akan berlanjut. Ketika diasumsikan tidak berlanjut, maka saya kira timing dari penerbitan Samurai bisa dilakukan pada semester kedua nanti," ujar Yusuf dalam keterangan tertulis, Jumat (23/2).
Menurut Yusuf, Samurai Bond memiliki potensi permintaan yang tinggi. Sebab, penerbitan bond dengan mata uang negara yang mengalami resesi akan mengalami penurunan harga.
ADVERTISEMENT
"Ada peluang harga dari surat utang berdominasi yen akan turun harganya, sehingga ketika harga turun itu akan berdampak terhadap permintaan yang berhasil yang lebih tinggi," jelasnya.
Samurai Bond menjadi salah satu instrumen investasi pemerintah dari sisi SBN Valas yang ada di APBN 2024. Per Januari 2024, pemerintah sudah menarik utang baru, salah satunya dari SBN, sebesar Rp 107,6 triliun atau 16,6 persen dari target APBN 2024 sebesar Rp 648,1 triliun. Penarikan utang di awal tahun ini jauh lebih tinggi dibandingkan Januari 2023 sebesar Rp 95,6 triliun.
Wamen Menteri Keuangan Suahasil Nazara mengatakan pemerintah memang mencermati kondisi ekonomi Jepang saat ini. Sebab negara tersebut sebagai salah satu sumber arus modal Indonesia, termasuk ekspornya.
ADVERTISEMENT
Tak hanya Jepang, Inggris yang juga mengalami resesi dan menjadi perhatian pemerintah saat ini. Di kuartal III 2023, ekonomi Inggris tercatat minus 0,1 persen dan di kuartal IV 2023 minus 0,3 persen.
"Jadi kita berharap bahwa kontraksi kontraksi di Jepang dan Inggris itu sifatnya temporary, namun tetap kita akan lihat bagaimana situasi di 2024 ini," ujar Suahasil dalam konferensi pers APBN Kita, Kamis (23/2).