Jepang Terhindar dari Resesi Ekonomi Usai PDB Kuartal IV 2023 Direvisi Naik

11 Maret 2024 12:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi Jinrikisha di Asakusa, Tokyo, Jepang. Foto: FOTOGRIN/Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Jinrikisha di Asakusa, Tokyo, Jepang. Foto: FOTOGRIN/Shutterstock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pemerintah Jepang merevisi data pertumbuhan ekonomi Jepang pada kuartal IV 2023. Dengan demikian, perekonomian Jepang terhindar dari resesi teknis.
ADVERTISEMENT
Mengutip Reuters, Senin (11/3), menurut data pemerintah yang direvisi pada hari Senin, perubahan kenaikan pertumbuhan ekonomi kuartal IV masih lebih lemah dari perkiraan, sehingga masih ada kekhawatiran terhadap lambatnya pemulihan ekonomi.
Revisi produk domestik bruto (PDB) Jepang meningkat secara tahunan (yoy) sebesar 0,4 persen pada periode Oktober-Desember 2023, dibandingkan kuartal sebelumnya. Angka ini lebih baik dari perkiraan awal kontraksi 0,4 persen menurut Kantor Kabinet.
Namun, angka tersebut berada di bawah perkiraan median ekonom yang memperkirakan kenaikan sebesar 1,1 persen. Secara kuartal-ke-kuartal, PDB Jepang tumbuh sebesar 0,1 persen, dibandingkan perkiraan awal penurunan sebesar 0,1 persen dan perkiraan median untuk kenaikan sebesar 0,3 persen.
“Ibaratnya adalah revisi ke atas, namun permintaan domestik masih lesu, terutama konsumsi,” kata Ekonom senior Mizuho Research and Technologies, Saisuke Sakai.
Ilustrasi kereta di Jepang. Foto: Shutterstock
Revisi ke atas terjadi di tengah meningkatnya ekspektasi pasar bahwa Bank of Japan (BoJ) akan menghapuskan suku bunga negatifnya pada awal bulan ini, sebagian dipicu oleh komentar para anggota dewan bahwa Jepang bergerak menuju target inflasi bank sentral sebesar 2 persen.
ADVERTISEMENT
Kemudian belanja modal, yang meningkat 2,0 persen kuartal-ke-kuartal, menopang revisi ke atas. Angka ini lebih baik dari penurunan awal sebesar 0,1 persen, namun masih di bawah median perkiraan pasar yang memperkirakan kenaikan sebesar 2,5 persen.
Konsumsi swasta, yang menyumbang sekitar 60 persen perekonomian Jepang, turun 0,3 persen pada Oktober-Desember, sedikit lebih rendah dari penurunan perkiraan awal sebesar 0,2 persen. Makanan laut dan peralatan rumah tangga berkontribusi terhadap tekanan penurunan kategori ini.
Sementara itu, permintaan eksternal menyumbang 0,2 poin persentase terhadap PDB riil, tidak berubah dari angka awal.
Sakai menilai, pada periode Januari-Maret atau kuartal I 2024, perekonomian Jepang dapat mengalami kontraksi setelah memperhitungkan perlambatan perekonomian China, terhentinya produksi satu unit Toyota Motor Corp (7203.T), dan lemahnya konsumsi.
ADVERTISEMENT

Potensi Kenaikan Suku Bunga BoJ

Ilustrasi mata uang Yen dan Rupiah. Foto: Shutter Stock
Meskipun ekonomi melemah, BOJ kemungkinan akan meninggalkan suku bunga negatif dengan alasan meningkatnya prospek kenaikan gaji yang besar dalam pembicaraan upah tahunan dengan serikat pekerja,
“Bank of Japan cenderung lebih menekankan pada indeks aktivitas konsumsinya sendiri dan tampaknya tidak terlalu khawatir dengan kelesuan aktivitas baru-baru ini,” kata Kepala Asia-Pasifik di Capital Economics, Marcel Thieliant.
BOJ dijadwalkan mengadakan pertemuan penetapan kebijakan suku bunga pada 18-19 Maret. Bank sentral telah lama berpendapat pertumbuhan upah yang kuat merupakan prasyarat untuk menghentikan eksperimen moneter radikal yang telah dilakukan selama lebih dari satu dekade.
Hal ini menyusul langkah konfederasi serikat pekerja terbesar di Jepang, Rengo, menuntut kenaikan gaji sebesar 5,85 persen tahun ini, melampaui 5 persen untuk pertama kalinya dalam 30 tahun.
ADVERTISEMENT
Jepang pada pekan lalu melihat upah riil yang disesuaikan dengan inflasi pada Januari menyusut selama 22 bulan berturut-turut, sementara belanja rumah tangga secara tahunan pada bulan yang sama mengalami penurunan terbesar dalam 35 bulan.