JK Ibaratkan Inflasi seperti Tekanan Darah

25 Juli 2019 12:02 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (kiri) memberikan sambutan pada acara Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2019 di Jakarta, Kamis (25/7). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla (kiri) memberikan sambutan pada acara Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2019 di Jakarta, Kamis (25/7). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf Kalla membuka rapat koordinasi Tim Pengendali Inflasi Daerah di Hotel Grand Sahid, Jakarta. Dalam sambutannya JK menyinggung inflasi ibarat tekanan darah seseorang.
ADVERTISEMENT
Jika inflasi terlalu tinggi, maka tak baik dan berdampak buruk pada perekonomian dalam negeri karena harga-harga naik terlalu tinggi. Sebaliknya, terjadinya deflasi juga menyebabkan pengusaha merugi karena harga turun drastis.
"Inflasi itu seperti tekanan darah, kalau tinggi kita bisa pingsan. Kalau inflasi tinggi hiperinflasi, ekonomi akan ambruk seperti Venezuela. Untuk membeli roti saja harus bawa segepok uang. Kita alami itu tahun 65 mau beli beras mau beli minyak tanah," kata JK di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Kamis (25/7).
"Tapi kalau inflasi rendah atau deflasi, kita juga pusing, bisa pingsan juga. Jadi tekanan darah yang bagus itu di tengah-tengah. 120-130 jangan 200-300 itu pingsan nanti," timpal JK disambut tawa para peserta rapat.
Wakil Presiden RI, Jusuf Kalla membuka Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2019 di Jakarta, Kamis (25/7). Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
JK mengatakan, deflasi akan menyebabkan para pelaku usaha di dalam negeri merugi. Jika pengusaha merugi, maka akan berdampak pada nasib pekerja yang akan mengalami pemutusan hubungan kerja.
ADVERTISEMENT
"Kalau terjadi deflasi, pengusaha yang rugi, kalau pengusaha rugi dia bisa PHK tak beri pendapatan ke orang juga, bisa susah juga. Ingat tekanan darahnya kalau inflasi, harus stabil," ujar JK.
Ia lalu membeberkan, salah satu indikator inflasi bisa dilihat dari Indeks Harga Konsumen (IHK) seperti harga bahan pokok masyarakat yang meningkat dalam kurun waktu tertentu. Ia menyebut, jika inflasi terjadi, maka dikhawatirkan akan menyebabkan daya beli masyarakat menurun.
"Jadi jangan asal harga naik langsung bertindak, sweeping. Kalau IHK naik terus menerus secara kurun waktu tertentu (baru) itu inflasi. Ini agar kita mengetahui apa ukurannya," jelasnya.