Jokowi Akui Pembagian Bansos Saat Pandemi Tak Mudah

14 Agustus 2020 10:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kementerian Sosial salurkan bantuan sosial (bansos) untuk lanjut usia (lansia) terdampak pandemi corona di 5 provinsi. Foto: Kemensos
zoom-in-whitePerbesar
Kementerian Sosial salurkan bantuan sosial (bansos) untuk lanjut usia (lansia) terdampak pandemi corona di 5 provinsi. Foto: Kemensos
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pandemi COVID-19 membuat perekonomian Indonesia menjadi terpuruk. Di sisi lain, pemerintah juga harus fokus dengan isu kesehatan. Presiden Jokowi mengatakan dengan kondisi tersebut pemerintah dipacu untuk melakukan reformasi fundamental dalam cara bekerja.
ADVERTISEMENT
Termasuk dalam menggelontorkan bantuan sosial (bansos) untuk masyarakat. Jokowi mengakui hal tersebut bukan sesuatu yang mudah dilakukan.
“Ketika krisis kesehatan tersebut berdampak pada perekonomian nasional, kita juga harus cepat bergerak memberikan bantuan sosial bagi masyarakat melalui bantuan sembako, bansos tunai, subsidi dan diskon tarif listrik, BLT Desa, dan subsidi gaji. Sesuatu yang tidak mudah,” ungkap Jokowi dalam Pidato Kenegaraan Presiden RI, Jumat (14/8).
Tak hanya itu, pemerintah juga memberikan bansos kepada UMKM untuk memperoleh restrukturisasi kredit, memperoleh banpres produktif berupa bantuan modal darurat, dan membantu pembelian produk-produk mereka. Pemerintah juga membantu tenaga kerja yang menjadi korban PHK, antara lain melalui bansos dan Program Prakerja.
Jokowi Tinjau Fasilitas Produksi Vaksin Corona di Bio Farma. Foto: Dok. Setpres RI
Untuk itu, Jokowi mengatakan pemerintah telah berupaya untuk melakukan perubahan rumusan program antara lain dengan menyesuaikan program kerja dengan situasi terkini dan melakukan realokasi anggaran dalam waktu singkat.
ADVERTISEMENT
Termasuk dengan menerbitkan Perppu No.1 Tahun 2020, yang kemudian disetujui oleh DPR menjadi UU No.2 Tahun 2020 dan bersinergi dengan BI, OJK, dan LPS untuk memulihkan perekonomian.
“Krisis ini telah memaksa kita untuk menggeser channel cara kerja. Dari cara-cara normal menjadi cara-cara ekstra normal. Dari cara-cara biasa menjadi cara-cara luar biasa. Dari prosedur panjang dan berbelit menjadi smart short cut. Dari orientasi prosedur menjadi orientasi hasil,” ujarnya.
Menurut Jokowi, pola pikir dan etos kerja harus berubah. Kondisi ini membutuhkan sikap fleksibel, cepat, dan tepat. Di sisi lain efisiensi, kolaborasi, dan penggunaan teknologi juga harus diprioritaskan. Juga kedisiplinan nasional dan produktivitas nasional harus ditingkatkan.
“Jangan sia-siakan pelajaran yang diberikan oleh krisis. Jangan biarkan krisis membuahkan kemunduran. Justru momentum krisis ini harus kita bajak untuk melakukan lompatan kemajuan,” tandasnya.
ADVERTISEMENT