Jokowi Gaungkan Benci Produk Asing, Bagaimana Sebenarnya Data Impor Indonesia?

6 Maret 2021 11:38 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Jokowi meresmikan Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka, NTT. Foto: YouTube/Setpres
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Jokowi meresmikan Bendungan Napun Gete di Kabupaten Sikka, NTT. Foto: YouTube/Setpres
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengajak masyarakat Indonesia membenci produk-produk asing. Jokowi bahkan meminta produk asing ditaruh di tempat yang sepi pembeli.
ADVERTISEMENT
"Produk dalam negeri gaungkan, gaungkan juga benci produk-produk luar negeri, bukan hanya cinta tapi benci. Cinta barang kita, benci produk luar negeri. Sehingga betul-betul masyarakat kita menjadi konsumen yang loyal untuk produk-produk Indonesia," ujar Jokowi dalam Pembukaan Rapat Kerja Nasional Kemendag secara virtual, Kamis (4/3).
Pekerja melakukan bongkar muat peti kemas di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Kamis (10/12/2020). Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
Sementara itu, ekonom Universitas Indonesia yang juga Direktur Eksekutif Next Policy, Fithra Faisal, menganggap pernyataan benci produk asing bisa menimbulkan retaliasi ke produk Indonesia di luar negeri. Selain itu, Ia menganggap Indonesia belum bisa sepenuhnya lepas dari produk asing.
“Bisa saja kita substitusi impor, tapi itu kan butuh waktu,” kata Fithra saat dihubungi, Jumat (5/3).
Lantas, bagaimana sebetulnya data impor di Indonesia saat ini?

Nilai Impor Turun

Berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik (BPS), ada penurunan nilai impor dalam dua tahun terakhir. Pada Januari-Desember 2020, nilai impor mencapai USD 141.568,8 juta. Di periode yang sama tahun lalu, nilai impor ada di angka USD 171.257,7 juta.
ADVERTISEMENT
Dalam data 5 tahun terakhir, nilai impor terbesar terjadi pada tahun 2018. Kala itu, nilai impor mencapai USD 188.711,30 juta.

Jenis Barang yang paling Banyak Diimpor

Berdasarkan golongan barang SITC (Standard International Trade Classification) 1 dijit, kelompok barang utama impor sepanjang Januari-Desember 2020 adalah kelompok mesin dan alat angkutan.
BPS mencatat, kelompok mesin dan alat angkutan memiliki nilai USD 46.743,1 juta. Nilai itu mencakup 33,02 persen dari total impor Indonesia.
Impor kelompok barang SITC 1 dijit yang terbesar selanjutnya adalah kelompok barang-barang buatan pabrik dengan nilai USD 22.768,0 juta (16,08 persen). Diikuti oleh bahan kimia dan produknya USD 21.491,4 juta dengan peran 15,18 persen.

Negara Pengekspor Terbesar ke RI

Apabila dilihat dari asal komoditas impor, China menjadi negara dengan nilai impor terbesar di Indonesia. Sepanjang Januari-Desember 2020, nilai impor dari China mencapai USD 39.634,7 juta. Nilai itu menguasai 28 persen dari total nilai impor nasional.
ADVERTISEMENT
Lantas, komoditas macam apa yang kita impor dari China?
BPS mencatat impor dari negara lain ke dalam lima golongan barang (SITC) utama. Nah, dari China kita banyak mengimpor peralatan dan suku cadang telekomunikasi, katoda, kain rajutan, kain tenun, dan peralatan untuk industri.
Peralatan dan suku cadang telekomunikasi, misalnya, nilai impor Januari-Desember 2020 mencapai USD 887.922.972. Sementara nilai impor kain rajutan mencapai USD 134.988.732.

Provinsi dengan Nilai Impor Terbesar

Jika dilihat berdasarkan provinsi, Jakarta merupakan provinsi dengan nilai impor terbesar. Pada Januari-Desember 2020, pelabuhan bongkar yang ada di Jakarta mencatat nilai bongkar USD 72.037,2 juta. Artinya, nilai impor di Jakarta mencapai 50,89 persen dari total impor nasional.
Selain Jakarta, provinsi dengan nilai impor terbesar kedua adalah Jawa Timur, yaitu USD 19.985,7 juta (14,12 persen). Diikuti Kepulauan Riau USD 11.263,6 juta (7,96 persen), Banten USD 9.608,8 juta (6,79 persen), dan Jawa Tengah USD 8.719,8 juta (6,16 persen).
ADVERTISEMENT

Komoditas Tertentu yang Diimpor

Indonesia tak lepas dari mengimpor sejumlah komoditas pertanian. BPS mengklasifikasikannya sebagai komoditas tertentu. Mulai dari gandum, beras, kopi, cabai, kedelai, hingga kopi.
Berdasarkan data Januari-Desember 2020, Indonesia paling banyak mengimpor gandum dan meslin. Total volume impor gandum mencapai 10.299.699.181 kg. Adapun negara eksportir gandum dan meslin terbesar ke Indonesia adalah Ukraina. Negara itu menguasai 28,7 persen impor gandum dan meslin nasional.
com-Gandum Foto: Shutterstock
Selain itu gandum dan meslin dari Ukraina, Indonesia juga mengimpor gula. Mayoritas diimpor dari Thailand dengan volumenya mencapai 5.539.678.553 kg. Gula dari Thailand menguasai 36,59 persen impor gula nasional.
Dalam beberapa kasus, Indonesia bahkan menggantungkan impor komoditas tertentu hingga 100 persen kepada satu negara. Impor bawang putih, misalnya, 100 persen dikuasai oleh China. Lalu ada juga impor bawang merah yang hanya digantungkan pada Vietnam.
ADVERTISEMENT
Data selengkapnya dapat dilihat dalam tabel di bawah ini: