Jokowi Genjot Proyek Infrastruktur Saat Pandemi, Bisa Serap 4 Juta Tenaga Kerja

29 Mei 2020 14:06 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Foto aerial proyek pembangunan jalan Tol Balikpapan-Samarinda yang melintasi wilayah Samboja di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
zoom-in-whitePerbesar
Foto aerial proyek pembangunan jalan Tol Balikpapan-Samarinda yang melintasi wilayah Samboja di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Foto: ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi tetap menggenjot proyek strategis khususnya bidang infrastrukur di tengah belum melemahnya virus corona. Proyek infrastruktur dianggap bisa menyerap banyak tenaga kerja.
ADVERTISEMENT
Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan, beragam proyek infrastruktur yang disiapkan tersebar di berbagai wilayah Indonesia, mulai dari Sumatera sampai Papua.
Antara lain di Sumatera ada 7 proyek senilai Rp 117 triliun, di Jawa ada 25 proyek senilai Rp 462 triliun, Kalimantan 17 proyek Rp 144 triliun. Kemudian Sulawesi ada 8 proyek Rp 208 triliun, Bali dan Nusa Tenggara ada 12 proyek Rp 28 triliun.
"Secara nasional ada 11 proyek Rp 351 triliun. Juga Maluku, Papua Rp 111 triliun," kata Airlangga saat konferensi pers secara virtual, Jumat (29/5).
Menurut Airlangga, beragam proyek infrastruktur akan memberi efek ganda. Setiap Rp 1 triliun proyek bisa mempekerjakan 14 ribu tenaga kerja baik langsung maupun tidak langsung.
ADVERTISEMENT
"Proyek periode 2020 sampai 2024 ini ditargetkan bisa menyerap tenaga kerja setiap tahunnya sekitar 4 juta, atau selama proyek itu berjalan agregatnya bisa mencapai 19 juta orang yang bekerja dalam proyek di dalam 5 tahun ini," ujarnya.
Ilustrasi Tol Trans Sumatera. Foto: Helmi Afandi/kumparan
Untuk itu, Airlangga menegaskan beragam proyek tersebut harus segera direalisasikan pembangunannya. Selain menciptakan lapangan kerja, Airlangga merasa banyak manfaat dari proyek strategis yang disiapkan pemerintah.
"Arahan bapak presiden proyek-proyek tersebut diharapkan ada nilai tambah terhadap penghematan devisa, menghasilkan ekspor maupun untuk penciptaan lapangan kerja baru," katanya.