Jokowi: Hilirisasi Selamatkan Neraca Perdagangan

18 November 2021 16:26 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo. Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo. Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan bahwa Indonesia akan fokus pada pengolahan komoditas mentah menjadi bahan setengah jadi atau bahan jadi atau hilirisasi. Menurut Jokowi, program hilirisasi ini dilakukan demi menyelematkan neraca perdagangan Indonesia yang selama ini sering tekor.
ADVERTISEMENT
“Kenapa berpuluh-puluh tahun tidak kita lakukan ini (hilirisasi)? Sehingga nanti neraca perdagangan kita baik. Neraca transaksi berjalan kita menjadi semakin baik,” ujar Jokowi di Kompas100 CEO Forum 2021, Kamis (18/11).
Jokowi mencontohkan, Indonesia mulai menginisiasi untuk tidak lagi menjual nikel mentah. Kini Indonesia sudah bisa mengolahnya menjadi besi baja yang memiliki nilai tambah 10 kali lipat dibandingkan jika hanya dijual dalam bentuk mentah.
Hasilnya saat ini nilai ekspor Indonesia mengalami lompatan yang tinggi. Pada bulan Oktober 2021 lalu, nilai ekspor Indonesia mencapai USD 16,5 miliar. Dengan tren yang positif ini, Jokowi optimistis hingga akhir tahun nanti nilai ekspor Indonesia bisa tembus USD 20 miliar.
“Hanya dari kita stop nikel. Dan perkiraan nanti kalau jadi barang-barang yang lain, perkiraan saya bisa (nilai ekspor mencapai) USD 35 miliar. Hanya dari satu barang,” ujarnya.
ADVERTISEMENT
Seorang pekerja melakukan proses peleburan nikel di Soroako, Sulawesi Selatan. Foto: AFP/BANNU MAZANDRA
Menurut Jokowi, ketika Indonesia masih mengekspor nikel mentah, neraca perdagangan dengan China selalu tekor. Di 2018 lalu, neraca dagang Indonesia dengan China tercatat minus USD 18,4 miliar USD. Kemudian di 2020, Indonesia pun mulai mengekspor besi baja alias tidak lagi menjual nikel mentah. Hasilnya, defisit neraca dagang menyusut menjadi minus USD 7,85 miliar.
“Ini dari mana? Dari besi baja, dari nikel yang jadi barang itu. Di 2021 sampai Oktober ini tinggal minus USD 1,5 miliar USD. Nanti tahun depan 2022 saya yakin kita sudah surplus perdagangan kita dengan RRT. Saya yakin itu,” ujarnya.
Jokowi juga dibuat kesal karena Indonesia belum mampu menghasilkan jarum suntik. Padahal di era pandemi ini, permintaan dari dunia jarum suntuk mencapai 10 milliar pcs. Alhasil selama ini Indonesia harus mengimpor jarum suntik dalam jumlah besar.
ADVERTISEMENT
“Kita ini impor banyak sekali, enggak tahu berapa juta jarum suntik. Bentar lagi kita akan bisa bikin ini karena memang barang itu kita stop. Mau tidak mau orang itu harus bikin di sini,” ujarnya.
Untuk itulah Jokowi bersikeras untuk menghentikan ekspor bahan mentah. Jokowi optimistis dengan menghentikan ekspor bahan mentah maka Indonesia justru akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dan membuka lapangan lebih luas.