Jokowi: Jangan Biarkan Baja Impor Masuk dan Terus Meningkat

21 September 2021 11:44 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo saat akan lepas landas unuk melakukan kunjungan kerja ke Banten, Selasa (21/9). Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo saat akan lepas landas unuk melakukan kunjungan kerja ke Banten, Selasa (21/9). Foto: Laily Rachev/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Impor baja yang terus meningkat membuat masalah serius bagi pelaku usaha dalam negeri. Pada tahun lalu, impor besi dan baja berada di peringkat ketiga sebagai komoditi impor terbesar.
ADVERTISEMENT
Presiden Jokowi mengatakan, konsumsi baja dalam negeri cukup besar. Ia berharap pabrik baja baru hot strip mill (HSM) 2 milik PT Krakatau Steel Tbk (KRAS) di Cilegon ini akan menekan kedatangan baja impor.
“Kita tahu konsumsi baja kita sangat besar jangan dibiarkan ini dimasuki produk-produk dari luar dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun,” katanya saat membuka peresmian Pabrik Industri Baja PT. Krakatau Steel (persero) Tbk secara virtual, Selasa (21/9).
Menurut Jokowi, keberadaan pabrik baja baru milik Krakatau Steel akan meningkatkan ekonomi secara signifikan dalam beberapa tahun ke depan. Apalagi, saat ini pemerintah tengah menggencarkan pertumbuhan industri kendaraan listrik.
“Dalam lima tahun terakhir kebutuhan baja kita meningkat hingga 40 persen tadi sudah disampaikan pak dirut dipacu pembangunan infrastruktur,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Pabrik baja baru ini memiliki kapasitas produksi baja hot rolled coil (HRC) 1,5 juta ton per tahun. Dalam beberapa tahun ke depan, Jokowi meminta produksi dapat ditingkatkan hingga 4 juta ton per tahun.
“Saya tadi sudah melihat ke dalam proses produksinya ke dalam dan betul-betul teknologi tinggi,” katanya.
Sebelumnya, Chairman Asosiasi Industri Besi dan Baja Nasional atau The Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA), Silmy Karim mengungkapkan, masuknya produk impor baja asal China ke Indonesia, terindikasi kuat mengakali tarif bea masuk dan bea anti dumping yang berlaku di Indonesia.
"Importasi baja ini China masih menjadi permasalahan serius yang dihadapi oleh industri baja nasional dalam beberapa tahun terakhir," kata Silmy Karim yang juga Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk, dalam pernyataan yang diterima kumparan, Jumat (17/9).
ADVERTISEMENT
Dia memaparkan, produk baja impor asal China itu lebih banyak menggunakan unsur 'Boron' sebagai paduan yang digunakan untuk mengubah pos tarif dari Hot Rolled Coil (HRC) karbon (HS Code 7208) menjadi HRC Alloy (HS Code 7225). Padahal secara mekanik dan unsur kimianya, produk tersebut tidak lain adalah HRC karbon yang sudah banyak diproduksi di dalam negeri.
"Siasat itu dilakukan eksportir baja China agar terhindar dari tarif bea masuk umum (Most Favoured Nation/MFN) dan/atau Bea Masuk Anti Dumping (BMAD) yang berlaku," imbuhnya.
Pada rentang 2016-2019, volume impor baja jenis HRC Alloy dari China meningkat 114 persen, yakni menjadi sebesar 451 ribu ton. Pada 2020 memang menurun, namun kalangan industri baja nasional lebih melihat hal ini sebagai dampak pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Baja jenis HRC Alloy impor dengan HS code 7225.30.90 ini, mendominasi impor HRC asal China dengan porsi rata-rata 81 persen, serta rata-rata 98 persen dari total impor HRC Alloy per tahun.