Jokowi Minta Para Menteri Punya Sense of Crisis

8 Juli 2020 20:42 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo. Foto: Dok. Youtube Sekretariat Presiden RI
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo. Foto: Dok. Youtube Sekretariat Presiden RI
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali mengingatkan jajarannya bahwa kondisi dunia saat ini tengah mengalami krisis. Tak tanggung-tanggung, krisis menyasar di dua sektor yaitu di bidang kesehatan dan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, dalam rapat terbatas Selasa (7/7) Jokowi meminta seluruh jajarannya untuk memiliki sense of crisis yang sama artinya menyadari sepenuhnya bahwa krisis ini juga terjadi di Indonesia akibat pandemi COVID-19. Dia lantas menegaskan agar semuanya bisa bekerja lebih keras lagi.
"Pada kondisi krisis, kita harusnya kerja lebih keras lagi. Jangan kerja biasa-biasa saja. Kerja lebih keras dan kerja lebih cepat. Itu yang saya inginkan pada kondisi sekarang ini membuat Permen (Peraturan Menteri) yang biasanya mungkin 2 minggu ya sehari selesai," kata Jokowi berdasarkan keterangan resmi, Rabu (8/7).
"Membuat PP (Peraturan Pemerintah) yang biasanya sebulan ya 2 hari selesai, itu lho yang saya inginkan," lanjutnya.
Tak hanya itu saja, Jokowi lantas mendorong jajarannya untuk tidak hanya bekerja dengan menggunakan cara-cara yang biasa.
Presiden Joko Widodo (tengah) memimpin rapat kabinet terbatas mengenai percepatan penanganan dampak pandemi COVID-19 di Istana Merdeka, Jakarta. Foto: Akbar Nugroho Gumay/Antara Foto/Pool
Lebih lanjut, dia juga meminta agar jajarannya membuat terobosan dalam melaksanakan prosedur, misalnya dengan menerapkan smart shortcut.
ADVERTISEMENT
Hal itu berkaitan dengan proses administrasi dalam pengurusan sesuatu yang mendukung perekonomian. Jokowi ingin semua lebih cepat. Dia juga menyebut jajarannya harus mengganti channel dari ordinary ke extraordinary.
"Kita harus ganti channel dari ordinary pindah channel ke extraordinary. Dari cara-cara yang sebelumnya rumit, ganti channel ke cara-cara cepat dan cara-cara yang sederhana," ujarnya.
"Dari cara yang SOP (standar operasional prosedur) normal, kita harus ganti channel ke SOP yang smart shortcut. Bagaimana caranya? Bapak, Ibu, dan Saudara-saudara lebih tahu dari saya, menyelesaikan ini. Kembali lagi, jangan biasa-biasa saja," jelasnya.
Di bidang ekonomi, Presiden Jokowi juga menyebut bahwa prediksi ekonomi dunia juga kurang menggembirakan.
Presiden Joko Widodo di Gedung Grahadi, Surabaya, Jawa Timur. Foto: Agus Suparto
Menurut informasi yang Presiden Jokowi terima dari Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD), kontraksi ekonomi global diprediksi mencapai minus 6 hingga 7,6 persen.
ADVERTISEMENT
"Kalau kita ini tidak ngeri dan menganggap ini biasa-biasa saja, waduh, bahaya banget. Belanja juga biasa-biasa saja, spending kita biasa-biasa saja, enggak ada percepatan," imbuhnya.
Kontraksi ekonomi tersebut sudah dialami oleh Indonesia di kuartal pertama, di mana pertumbuhan ekonomi Indonesia berada di angka 2,97 persen, turun dari yang biasanya 5 persen.
Meskipun angka di kuartal kedua belum keluar, tetapi Jokowi mengingatkan agar jajarannya berhati-hati mengingat terdapat penurunan permintaan, penawaran, dan produksi.
"Dari demand, supply, production, semuanya, terganggu dan rusak. Ini kita juga harus paham dan sadar mengenai ini. Karena apa? Ya mobilitasnya kita batasi. Mobilitas dibatasi, pariwisata anjlok. Mobilitas dibatasi, hotel dan restoran langsung anjlok, terganggu. Mal ditutup, lifestyle anjlok, terganggu," tandasnya
ADVERTISEMENT