Jokowi soal Pertalite Tak Naik: Kita Tahan Terus, Tapi Subsidi Membesar

24 Mei 2022 17:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
10
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo menghadiri Silaturahmi Nasional Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Tahun 2022 di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (29/4/2022). Foto: Kris/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo menghadiri Silaturahmi Nasional Asosiasi Pemerintah Desa Seluruh Indonesia (Apdesi) Tahun 2022 di Istora Senayan, Jakarta, Selasa (29/4/2022). Foto: Kris/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Presiden Joko Widodo (Jokowi) kembali menegaskan soal meroketnya harga komoditas energi global berdampak besar kepada kenaikan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Indonesia maupun luar negeri.
ADVERTISEMENT
Menurut Jokowi, situasi saat ini memang tidak mudah dan dialami oleh semua negara. Kendati begitu, dia menilai harga BBM di Indonesia masih jauh lebih murah dari beberapa negara lain.
Mantan Gubernur DKI Jakarta ini mencontohkan harga BBM di Singapura mencapai Rp 32.000 per liter, lalu harga BBM di Jerman sudah berada di angka Rp 31.000 per liter. Sementara di Thailand, harga BBM mencapai Rp 20.000 per liter.
"Kita ini, kita Pertalite Rp 7.650 per liter, sekali lagi Rp 7.650 per liter. Pertamax, Rp 12.500 per liter. Yang lain sudah naik jauh sekali," kata Jokowi saat Pengarahan Presiden RI dan Evaluasi Aksi Afirmasi Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia, Jakarta, Selasa (24/5).
ADVERTISEMENT
Pada rapat kerja nasional (rakernas) V Projo yang digelar di Borobudur, Magelang, Jateng akhir pekan lalu, Jokowi juga menyinggung harga bensin dengan perbandingan negara Singapura hingga Thailand.
Dia menjelaskan alasan harga BBM khususnya Pertalite murah yakni karena pemerintah menggelontorkan subsidi demi masyarakat. Kata dia, pemerintah menahan beban yang berat karena hal ini.
"Kenapa harga kita masih seperti ini? Ya, karena kita tahan terus ,tapi subsidi ini kan membesar dan membesar. Kapan kita bisa menahan ini sampai kapan? Ini pekerjaan kira bersama-sama," katanya.
Petugas melayani pengisian BBM jenis Pertalite di SPBU 74.931.04 Tapak Kuda, Kendari, Sulawesi Tenggara, Selasa (12/4/2022). Foto: Jojon/ANTARA FOTO
Lanjut Jokowi, keadaan ini disebabkan ketidakpastian global pasca pandemi COVID-19. Ketika dunia masih mencoba memulihkan ekonomi, muncul konflik geopolitik antara Rusia dan Ukraina.
"Kita semua harus memiliki kepekaan, sense of crisis, mengenai keadaan kita. Kita tahu ketidakpastian global, berubah-ubah terus. COVID-19 selesai merencanakan pemulihan ekonominya. Tetapi belum selesai, muncul perang," jelasnya.
ADVERTISEMENT
Selain harga komoditas energi, krisis juga terjadi di sektor pangan. Jokowi pun mencontohkan dengan harga beras. Menurut dia, kondisi kenaikan harga komoditas strategis ini bisa berujung kepada inflasi
"Begitu juga dengan beras, Rp 10.700. Di negara lain segitu tingginya, duh naik 30 persen, ada yang 40 persen, ada di atas 60 persen. Dan inflasi artinya kenaikan. Berapa kali lipat?" pungkasnya.