Jokowi Soroti Biaya Logistik yang Naik 5 Kali Lipat dari Sebelum Pandemi

13 November 2021 10:05 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Presiden Joko Widodo. Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
zoom-in-whitePerbesar
Presiden Joko Widodo. Foto: Muchlis Jr/Biro Pers Sekretariat Presiden
ADVERTISEMENT
Dalam pidatonya pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) APEC ke-28 yang digelar secara virtual, Presiden Jokowi menyoroti biaya logistik yang melambung sampai 5 kali lipat di masa pandemi.
ADVERTISEMENT
Jokowi mendorong ekonomi APEC untuk mewujudkan ekosistem rantai pasok global yang lebih tangguh. Menurutnya, disrupsi terhadap rantai pasok dan logistik global memiliki dampak ekonomi yang besar.
Jokowi menjelaskan bahwa pandemi COVID-19 telah mengajarkan semua negara bahwa rantai pasok global yang hanya bertumpu pada satu atau dua negara sangat rawan.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang mendampingi Jokowi menyampaikan, kenaikan biaya logistik ini perlu segera ditangani. Biaya pengangkutan kontainer yang saat ini naik sampai tiga kali lipat dibandingkan sebelum pandemi juga memukul eksportir dan importir.
"Bapak Presiden juga menggarisbawahi pentingnya kenaikan daripada harga cost of logistic daripada kenaikan harga untuk pengapalan ini menjadi sesuatu yang sangat penting dan mesti ditanggulangi secara cepat dan karena sudah naik 3-5 kali (dibanding) sebelum COVID," ujar Lutfi dalam keterangan pers virtual, Sabtu (13/11).
ADVERTISEMENT
Ilustrasi peti kemas. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
Dalam kesempatan ini, Jokowi juga menyampaikan terkait ekonomi hijau. Dalam implementasinya, Jokowi menyebut ada 3 hal yang harus diperhatikan untuk menjaga kesinambungan.
"Transformasi dari ekonomi berkelanjutan dan juga ekonomi hijau. Ini menjadi sangat penting dan kita mesti memperhatikan 3 hal yaitu pertumbuhan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan juga kebijakan iklim, 3 hal tersebut tidak boleh saling mengadu," tuturnya.
Truk peti kemas melintas di kawasan IPC Terminal Peti Kemas Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
"Tetapi menjadikan sesuatu bagian untuk mendapatkan sustainability atau kesinambungan di masa yang akan datang," lanjutnya.
Lutfi menambahkan, dalam pertemuan itu IMF juga menyampaikan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia sebesar 5,9 persen. Sementara untuk negara-negara APEC diprediksi bisa tumbuh 6 persen.
"Pertumbuhan ekonomi dunia menurut IMF, dunia akan tumbuh 5,9 persen di mana negara-negara APEC akan tumbuh sedikit di atas itu yaitu di 6 persen," katanya.
ADVERTISEMENT