Jualan Garam via Online, PT Satoe Juara Punya Pelanggan 40 Ribu Warung

25 Februari 2019 18:57 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Direktur Satoe Juara Jaenal Hariadi. Foto: Selfy Momongan/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Direktur Satoe Juara Jaenal Hariadi. Foto: Selfy Momongan/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
PT Satoe Juara Nasional, produsen Garam Satu Juara, memasarkan dan menjual produknya melalui online. Produk garam dijualnya melalui aplikasi. Pemesannya adalah toko atau warung konvensional memesan produk sembako seperti garam dari PT Satoe Juara Nasional. Tak kurang ada 40.000 warung kecil atau toko kelontong yang menjadi mitra atau pelanggan produsen Garam Satu Juara ini.
ADVERTISEMENT
Uniknya, keuntungan berjualan garam ini kemudian dipakai mensubsidi produk pangan lainnya seperti beras, minyak goreng, dan gula pasir. Direktur Satoe Juara Nasional, Jaenal Hariadi mengatakan, dengan menjual garam satu sachet seharga Rp 2.500, maka pihaknya bisa menggunakan hasil penjualan garam untuk mensubsidi beras dari harga 14.000 per kilogram (kg) menjadi Rp 10.000 per kg.
“Itu beras yang kami sediakan beras premium lho ya. Kualitas baik. Kenapa bisa? Ya karena dari garam ini. Harga garam Rp 2.500 itu masyarakat tidak komplain, karena satu sachet bisa dipakai sebulan,” ungkap Jaenal di Gedung Kemkominfo, Jakarta, Senin (25/2).
Tambak garam sistem bestekin Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Sedangkan menurut Jaenal, modal untuk membeli garam dari petani hanya berkisar Rp 3 juta per ton. Lalu, Jaenal membutuhkan biaya produksi dan biaya susut sebesar Rp 900 ribu per ton. Ditambah lagi biaya pengemasan sebesar Rp 450 ribu per ton dan biaya distribusi Rp 500 ribu per ton. Total untuk 1 ton garam, Jaenal membutuhkan modal Rp 4.850.000.
ADVERTISEMENT
“Sedangkan garam dijual per sachet itu Rp 2.500 untuk 200 gram. Jadi penjualan 1 ton garam menghasilkan Rp 12.500.000. Ada margin penjualan atau keuntungan Rp 7.650.000 per ton-nya,” ujar Jaenal.
Dari keuntungan itulah Jaenal mensubsidi agar harga sembako lain lebih murah. Misalnya, pihaknya menjual beras seharga Rp 14.000 per kg menjadi Rp 10.000 per kg. Minyak goreng dari harga Rp 14.000 per liter menjadi Rp 10.200 per liter. Gula pasir dari harga 15.000 per kg menjadi Rp 11.000 per kg.
Produk-produk sembako tersebut kemudian dijual Jaenal ke warung-warung kelontong yang ada di desa-desa khususnya di daerah Jawa Barat. Saat ini Jaenal mengaku telah memiliki mitra sebanyak 40.000 warung kelontong di Jawa Barat saja. Jaenal bertekad untuk menduplikasi skema subsidi ini ke daerah-daerah lain. Sebab menurutnya, warung-warung kelontong belum mampu terjangkau oleh marketplace.
ADVERTISEMENT
“Mereka itu satu layer di atas masyarakat. Tapi enggak bisa juga masuk marketplace. Kayak Tokopedia itu sulit kan menjangkau mereka,” tandasnya.