Jubir Erick Sebut BUMN Tak Akan Kekurangan Dana Meski Tak IPO di 2024

30 Januari 2024 15:39 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga meresmikan vending machine produk UMKM di Stasiun Gondangdia dan Stasiun Gambir, Senin (22/1/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga meresmikan vending machine produk UMKM di Stasiun Gondangdia dan Stasiun Gambir, Senin (22/1/2024). Foto: Fariza Rizky Ananda/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga, memastikan BUMN tidak akan kekurangan dana meskipun tidak ada yang melantai di bursa saham (initial public offering/IPO) di tahun 2024.
ADVERTISEMENT
Beberapa BUMN yang sempat digadang-gadang dalam persiapan IPO yaitu PT Pertamina Hulu Energi (PHE), PT Pupuk Kaltim (PKT), Palm co, dan PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum).
Meski demikian, Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo alias Tiko memastikan seluruh perusahaan pelat merah tersebut belum akan IPO, setidaknya di tahun ini.
"Kita lihat aja perusahaan kondisi mana yang bisa, kan pendanaan ada beberapa pilihan, bisa saja joint venture, cari partner strategis bisa saja," jelasnya saat ditemui di Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta, Selasa (30/1).
"IPO enggak buat mereka kekurangan dana kan ya? Enggak lah. Karena kan kita tujuannya ekspansi ya, IPO itu ekspansi," imbuh Arya.
Arya menyebutkan, saat ini kondisi pasar sedang tidak mendukung untuk IPO. Namun, dia tidak membenarkan salah satu alasannya karena panasnya situasi perpolitikan menjelang Pemilu.
ADVERTISEMENT
"Kayak hulunya Pertamina kan marketnya tidak begitu baik, jadi ngapain dipaksa," tegasnya.
Adapun Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat terdapat 27 perusahaan antre untuk melakukan penawaran umum perdana (initial public offering) atau IPO saham per Jumat (26/1). Sebanyak 6 di antaranya memiliki aset jumbo di atas Rp 250 miliar.
27 perusahaan tersebut terdiri dari 2 perusahaan aset skala kecil di bawah Rp 50 miliar, 19 perusahaan aset skala menengah antara Rp 50 miliar sampai Rp 250 miliar, dan 6 perusahaan aset skala besar di atas Rp 250 miliar.
Sementara rincian sektornya adalah 2 perusahaan dari sektor bahan baku, 6 perusahaan dari sektor konsumer siklikal, 3 perusahaan dari sektor konsumer non siklikal, 1 perusahaan dari sektor energi dan 0 perusahaan dari sektor keuangan.
ADVERTISEMENT
Kemudian 0 perusahaan dari sektor kesehatan, 7 perusahaan dari sektor industri, 1 perusahaan dari sektor infrastruktur, 1 perusahaan dari sektor properti dan real estate, 5 perusahaan dari sektor teknologi dan 1 perusahaan dari sektor transportasi dan logistik.