Jurus Jitu Agar Tidak Terjebak ke Generasi Sandwich

22 Juni 2020 20:55 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi piknik di taman Foto: Shutterstock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi piknik di taman Foto: Shutterstock
ADVERTISEMENT
Umumnya, seorang anak di Indonesia memiliki tanggung jawab finansial kepada orang tuanya saat ia besar. Tanggung jawab tersebut akan tetap ada meskipun ia telah berkeluarga dan memiliki anak.
ADVERTISEMENT
Rantai ini dikenal dengan sandwich generation yang diperkenalkan oleh Dorothy Miller dan Elaine Brody di tahun 1981 melalui jurnal dengan judul “The ‘Sandwich’ Generation: Adult Children of The Aging”.
Agar seorang anak tidak terjebak dalam rantai sandwich generation, maka orang tua memegang peranan penting.
Investment & Liabilities Department Head PT Bank Commonwealth, Ivan Kusuma, menyebutkan orang tua dapat investasi untuk masa depannya agar tak membebani anak.
Sebaliknya, anak juga dapat melakukan investasi sejak dini untuk persiapan masa depannya agar tidak membebani orang tua.
"Terapkan pengaturan keuangan dan tetapkan tujuan keuangan," ungkap Ivan dalam Financial Talk online, Senin (22/6).
Pada fase ini, memilih instrumen investasi yang sesuai tujuan dan profil risiko menjadi poin penting. Selain itu, para orang tua dan anak juga disarankan memiliki asuransi dan dana darurat, sehingga jika ada keadaan darurat, portofolio investasi tidak akan terganggu.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, diversifikasi investasi juga penting untuk melindungi aset. Menurut Ivan, saat ini instrumen yang paling menarik salah satunya adalah obligasi.
"Pasar obligasi Indonesia saat ini menawarkan tingkat real yield yang cukup atraktif jika dibandingkan dengan negara emerging market lainnya yakni di sekitar 5,16 persen," ujar Ivan.
Hal ini disebabkan kondisi fundamental cukup baik dapat membuat para investor asing kembali melirik Indonesia sebagai salah satu negara emerging market yang menjadi tujuan investasi.
Obligasi merupakan surat utang yang berisi janji dari penerbit surat utang, untuk membayar sejumlah imbalan berupa bunga dalam suatu periode tertentu dan akan melunasi pokok utang pada waktu yang telah ditentukan kepada pembeli surat utang tersebut. Ivan menjelaskan setidaknya obligasi memberikan tiga keuntungan bagi investor.
Aktivitas orang tua dan anak selama masa karantina di Sydney Foto: Brendon Thorne/Getty Images
Pertama, investor akan mendapatkan kupon secara berkala, yang biasanya tingkat kuponnya lebih tinggi dari bunga deposito. Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat kupon, seperti kredibilitas penerbit, jangka waktu obligasi, tingkat inflasi, tingkat suku bunga acuan.
ADVERTISEMENT
Kedua, berpotensi memperoleh capital gain jika obligasi tersebut dapat diperdagangkan di pasar sekunder. Ketiga, risiko yang lebih rendah dibandingkan instrumen saham. Harga obligasi di pasar sekunder cenderung memiliki volatilitas lebih rendah dibandingkan instrumen saham.
Bahkan untuk obligasi yang diterbitkan pemerintah para pelaku, pasar sepakat instrumen tersebut bebas risiko.
Pada bulan Juni ini, pemerintah juga telah menerbitkan Sukuk Negara Ritel dengan seri ORI017.
ORI017 ini ditawarkan sejak 15 Juni lalu dengan masa pemesanan 15 Juni sampai 9 Juli 2020. Adapun kupon yang ditawarkan sebesar 6,4 persen dengan tenor 3 tahun.
"Investor dapat membeli ORI017 ini kapan saja selama masa penawaran melalui aplikasi Commbank SmartWealth," ujarnya.