Jusuf Kalla: Kemacetan Picu Kenaikan Impor BBM

13 September 2019 14:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Presiden, Jusuf Kalla. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Presiden, Jusuf Kalla. Foto: Kevin S. Kurnianto/kumparan
ADVERTISEMENT
Wakil Presiden Jusuf Kalla menyinggung penggunaan kendaaraan pribadi memicu polusi udara hingga kemacetan yang terjadi di kota besar seperti DKI Jakarta. Kalau polusi berdampak buruk ke kesehatan, berbeda dengan kemacetan. Dampaknya merambat pada meningkatnya konsumsi BBM, di mana mayoritas pasokan minyak Indonesia berasal dari impor.
ADVERTISEMENT
Peningkatan kebutuhan BBM tersebut menurut Jusuf Kalla, menjadi faktor yang membuat Indonesia mengalami defisit neraca perdagangan beberapa waktu lalu. Defisit perdagangan salah satunya dipengaruhi oleh tingginya angka impor BBM.
"Defisit perdagangan kita, itu terbesar disebabkan karena kebutuhan BBM, sedangkan 70 persen BBM itu untuk transportasi," kata Jusuf Kalla membuka Pameran Indotrans Expo 2019 di JCC, Jakarta, Jumat (13/9).
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat, neraca perdagangan selama Juli 2019 defisit sebesar USD 63,5 juta. Salah satu penyebabnya yakni impor migas yang tinggi.
Selama Juli lalu, impor tercatat sebesar USD 15,51 miliar, naik 34,96 persen (mtm), namun turun 15,21 persen (yoy).
Sejumlah kendaraan terjebak macet di kawasan Jalan Gatot Subroto, Jakarta. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Impor migas maupun nonmigas mengalami kenaikan dibandingkan bulan sebelumnya. Untuk impor migas mencapai USD 1,75 miliar, naik 2,04 persen (mtm), sementara impor nonmigas mencapai USD 13,76 miliar, naik 40,72 persen (mtm).
ADVERTISEMENT
"Jadi apabila tidak dikelola, kemacetan banyak, orang semua naik mobil pribadi, terpaksa kita impor minyak BBM lebih banyak lagi, akibatnya kita defisit terus lagi, ngutang lagi kita, juga masyarakat mengeluh kepada polusi," kata Jusuf Kalla.
Jusuf Kalla berseloroh, sumber polusi di Jakarta dan kota besar lain seperti Surabaya memang diakibatkan oleh kendaraan. Sementara di daerah seperti Sumatera, polusi juga ada, namun sumbernya dari kebakaran hutan.
"Di Sumatera tentu polusi disebabkan oleh kebakaran hutan. Tapi kalau di kota seperti Jakarta, Surabaya, polusi karena membakar BBM. Begitu banyaknya kendaraan menyebabkan polusi seperti Jakarta ini," jelasnya.
"Ini efek semua antara faktor positif daripada transportasi kebutuhan kita, harus dikelola lebih efisien dan bagaimana menghindari faktor negatif seperti ini: kemacetan, defisit perdagangan dan juga tentu polusi, semua hasil daripada sistem transportasi yang harus diperbaiki," ujarnya.
ADVERTISEMENT