Kadin: Industri Farmasi Terpukul Akibat Corona, BPJS Kesehatan Utang Rp 3 T

18 Juni 2020 12:13 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi lab Rumah Sakit. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi lab Rumah Sakit. Foto: Fanny Kusumawardhani/kumparan
ADVERTISEMENT
Kamar Dagang dan Industri atau Kadin menyebut selama masa pandemi virus corona industri farmasi terpukul. Kondisi keuangan bermasalah dan akan berdampak pada keberlangsungan usaha.
ADVERTISEMENT
Wakil Ketua Umum Bidang CSR dan Persaingan Usaha Kadin, Suryani S Motik, persoalan keuangan dialami industri farmasi baik ritel maupun penyuplai obat.
Menurut dia, di tengah kondisi tersebut, BPJS Kesehatan juga masih memiliki utang ke pengusaha farmasi yang jumlahnya mencapai Rp 3 triliun.
"BPJS (Kesehatan) punya utang ke Asosiasi Farmasi Rp 3 triliun. RS juga bermasalah. Jadi farmasi ritel dan suplai ke RS itu bayarnya belakangan," melalui diskusi virtual, Kamis (18/6).
Akibat kondisi tersebut, opsi merumahkan karyawan atau bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), tak bisa dihindari oleh para pengusaha farmasi.
"Sektor farmasi ada 200 ribu orang yang mengalami PHK," katanya.
Dia mengatakan, masalah di industri kesehatan sebenarnya sudah terjadi sejak lama. Rumah Sakit juga bermasalah karena banyak warga Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri.
Petugas keamanan membawa berkas di Kantor BPJS Kesehatan, Jakarta, Senin (9/3). Foto: ANATRA FOTO/M Risyal Hidayat
"Saya tau persis karena saya terlibat di satu RS, bagaimana RS hidupnya kembang kempis. Awalnya setelah ada BPJS bagus sekali, tapi setelah BPJS ini RS sangat tidak sehat. Padahal potensi market orang Indonesia yang pergi ke luar negeri, ada penelitian, orang Indonesia yang spending untuk berobat ke luar negeri angkanya triliunan," ujarnya.
ADVERTISEMENT
Dengan kondisi tersebut, Suryani berharap ada perbaikan di industri farmasi. Apalagi dengan kondisi pandemi Covid-19 saat ini, pemerintah berharap Rumah Sakit dan industri kesehatan bisa menjadi tuan rumah di negeri sendiri.
"Dengan dorongan pemerintah yang luar biasa mestinya kita bisa. Terus terang saja RS ini kehilangan kepercayaan dari orang menengah ke atas. Jarang sekali yang percaya RS di Indonesia dan ini kesempatan untuk memperbaiki," katanya.