Kapasitas Bengkel Pesawat RI Masih Terbatas

13 November 2019 13:39 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Acara Aviation MRO Indonesia 2019 di Hotel Grand Mercure Harmoni, Jakarta, Rabu (13/11). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Acara Aviation MRO Indonesia 2019 di Hotel Grand Mercure Harmoni, Jakarta, Rabu (13/11). Foto: Nugroho Sejati/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Industri pemeliharaan dan perawatan pesawat (MRO/Maintenance Repair and Overhaul) dinilai masih belum bisa memaksimalkan pangsa pasar secara maksimal. Berdasarkan catatan Aviation MRO Indonesia (Amroi), saat ini baru bisa melayani sekitar 45 persen kebutuhan perawatan pesawat di Tanah Air.
ADVERTISEMENT
Ketua Indonesia Aircraft Maintenance Service Association (Iamsa), Rown H Mangkoesoebroto menjelaskan salah satu penyebab masih belum maksimalnya penyerapan pangsa pasar adalah infrastruktur yang masih terbatas.
"Kalau kita lihat volume bisnis ini memang belum bisa diserap semuanya. Penyebabnya mungkin internal dan eksternal. Kalau internal dari jumlah hanggar-hanggar slot kita belum cukup hanggar slot di Indonesia ini masih sangat kurang," katanya saat ditemui di Hotel Mercure, Jakarta Pusat, Rabu (13/11).
Hanggar pesawat GMF Aeroasia. Foto: Jamal Ramadhan/kumparan
Rown mengakui kapasitas hanggar dalam negeri masih terbatas. Selain itu, sebagian hanggar dalam negeri masih memerlukan sertifikasi internasional, misalnya Federal Aviation Administration (FAA).
"Kalau kita lihat Batam Aero Teknik, mereka berkata sewa A320 karena mereka menyewa pesawat dan beroperasi di Indonesia. Pada saat kami kembalikan pesawat-pesawat kami ke penyewa. Mereka akan melakukan di MRO bersertifikasi sesuai (standardisasi) FAA," imbuhnya.
ADVERTISEMENT
Sejauh ini standardisasi MRO di Indonesia dilakukan oleh Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara (DKPPU) Kementerian Perhubungan, lembaga yang mengawasi sertifikasi dan perawatan pesawat. Padahal, potensi pasar di industri MRO dalam negeri mencapai USD 1 miliar.