Kedai kopi Oji dan Valda

Kartu Prakerja Merambah Hingga Timur Indonesia, Kedai Kopi Oji-Valda Bukti Nyata

6 November 2020 16:51 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kedai kopi Oji dan Valda yang merupakan usaha bentukan peserta Kartu Prakerja di Ternate. Foto: PMO Kartu Prakerja
zoom-in-whitePerbesar
Kedai kopi Oji dan Valda yang merupakan usaha bentukan peserta Kartu Prakerja di Ternate. Foto: PMO Kartu Prakerja
ADVERTISEMENT
Namanya Baharudin Agil, akrab disapa Oji. Pria 23 tahun asal Maluku Utara. Masa pandemi membuatnya tercenung, karena banyak waktu luang dimiliki seusai menamatkan kuliah di salah satu perguruan tinggi di Kota Ternate.
ADVERTISEMENT
Oji pun memutuskan menjadi peserta program Kartu Prakerja bersama kawan dekatnya, Rivalda Abdullah. Mereka berdua diterima sebagai penerima Kartu Prakerja gelombang pertama, April 2020.
“Saya bersyukur bisa mengikuti Program Kartu Prakerja. Selain memberikan insentif untuk bantuan hidup di masa seperti ini, Program Kartu Prakerja menawarkan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas keterampilan,” papar Oji.
Oji mengikuti dua pelatihan daring yang disediakan program Kartu Prakerja, yakni ‘Tampil Meyakinkan dalam Interview Kerja’ serta 'Dapat Penghasilan Tetap Jadi Staff Admin & Sekretaris’.
Sembari menanti saat yang tepat untuk memanfaatkan ilmu dari dua pelatihan itu, Oji dan Valda mengumpulkan uang insentif yang diperoleh dengan mendirikan sebuah kedai kopi di Jl. Sweering, Kawasan Pelabuhan Speed Boat Mangga Dua Ternate. Kedai Kopi mungil itu diberi nama ‘Caco’, sesuai nama panggilan Ibunda Valda.
ADVERTISEMENT
Di tepi Selat Halmahera yang menghubungkan para pemakai jasa kapal cepat dari Ternate menuju Pulau Halmahera, Moti, Makian, Tidore, dan Maitara itulah, sehari-hari Oji dan Valda menawarkan aneka jenis kopi dan roti bakar.
Secangkir Kopi Rempah, Kopi Hitam, Kopi Susu, Kopi Pandan, Kopi Gula Aren, maupun Kopi Vanila dipatok Rp 5 ribu. Untuk makanan ringan, ada Roti Bakar dengan dua toping dan juga Nugget seharga Rp 10 ribu, roti goreng crispy dan French Fries Rp 15 ribu. Ada pula Nasi Goreng Roa dan Nasi Goreng Cakalang juga senilai Rp 15 ribu.
Kedai kopi Oji dan Valda yang merupakan usaha bentukan peserta Kartu Prakerja di Ternate. Foto: PMO Kartu Prakerja
“Insentif dari program Kartu Prakerja sangat membantu kami dalam menjalankan kesempatan sebagai wirausahawan di masa pandemi,” kata Oji.
ADVERTISEMENT
Oji-Valda dan kedai kopi mereka, hanya sebagian contoh nyata betapa program Kartu Prakerja membawa manfaat nyata bagi anak-anak muda angkatan kerja di Kawasan Timur Indonesia.
Dari Maluku Utara juga ada cerita dosen tidak tetap Galuh Dian Laksmiawaty yang kini berdagang pakaian anak secara online, Ilham yang berjualan es cincau, Rhamdina M Nur berbisnis Kue Betawi melalui media sosial, serta Sitti Rabiah Tussahadiah yang menjadi penyalur alat kecantikan lewat Instagram.
Kisah-kisah menarik itu terungkap dalam Temu Alumni Program Kartu Prakerja di Ternate baru-baru ini. Mereka saling mengungkapkan, bagaimana mendapatkan inspirasi setelah mengikuti program pengembangan kompetensi kerja dan kewirausahaan dari pemerintah ini.
Sementara itu, dari Papua ada kisah Verly Naomi Pelmelai yang membuka bisnis jasa make-up, Jenny Nassa Ello dengan warung sembakonya, dan Fitri Mangala dengan bisnis cetak foto online di Jayapura.
ADVERTISEMENT
Pada tahun pertama pelaksanaan program Kartu Prakerja, khususnya dalam tujuh bulan sejak April hingga Oktober 2020, lebih dari 5 juta penduduk Indonesia merasakan langsung sebagai penerima manfaat.
“Dari Gelombang I hingga X, Kartu Prakerja telah merengkuh dan melayani Indonesia secara digital. Total ada 5.597.179 penerima Kartu Prakerja yang tersebar di 34 provinsi pada 514 kabupaten dan kota di tanah air,” kata Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari.
Kedai kopi Oji dan Valda yang merupakan usaha bentukan peserta Kartu Prakerja di Ternate. Foto: PMO Kartu Prakerja
Dari jumlah 5,5 juta penerima manfaat di tahun pertama berjalannya program Kartu Prakerja, ada empat daerah dengan tingkat kepesertaan paling sedikit, yakni di bawah 50 orang penerima Kartu Prakerja. Padahal, pada setiap gelombangnya tersedia kuota untuk 800 ribu penerima Kartu Prakerja dari Sabang sampai Merauke.
ADVERTISEMENT
Empat daerah itu sebagian besar ada di Kawasan Timur Indonesia yakni Papua Barat (6.600 penerima Kartu Prakerja), Papua (10.500), Maluku Utara (13.500) dan Kalimantan Utara (27.300).
Adapun 30 provinsi lain berhasil mencatatkan lebih dari 50 ribu kepesertaan Kartu Prakerja, dengan jumlah penerima terbanyak ada di Jawa Barat (817,6 ribu), Jawa Timur (667,9 ribu) dan DKI Jakarta (584,4 ribu).
“Kami berharap pada 2021 mendatang, Kartu Prakerja bisa menarik lebih banyak peminat dari Kawasan Timur Indonesia. Potensi angkatan kerja di wilayah timur sangat besar untuk menggerakkan ekonomi daerah,” tambah Denni.
Ia memaklumi jika pada tahun pertama pelaksanaan program Kartu Prakerja masih belum meraih keikutsertaan penerima dengan tingkat antusiasme merata di setiap daerah.
ADVERTISEMENT
“Ada beberapa faktor, di antaranya sosialisasi dan akses komunikasi internet, karena tahun pertama Kartu Prakerja full dilaksanakan secara daring. Kami yakin, tahun depan tingkat kepesertaan akan lebih tinggi di beberapa daerah yang tahun ini angkanya masih di bawah rata-rata nasional,” ungkapnya.
Terkait dampak pandemi COVID-19 yang kemudian membuat program Kartu Prakerja dilaksanakan sepenuhnya secara digital, Denni melihatnya sebagai sebuah berkah tersendiri.
Kedai kopi Oji dan Valda yang merupakan usaha bentukan peserta Kartu Prakerja di Ternate. Foto: PMO Kartu Prakerja
“Dengan metode daring secara total, Kartu Prakerja menjadi ‘pilot project’ pelaksanaan transformasi digital secara nasional. Seluruh penerima Kartu Prakerja dari Aceh hingga Papua mendapatkan jenis pelatihan yang sama, tanpa ada perbedaan. Baik yang di Menteng, Jakarta Pusat, sampai yang di pedalaman Sula dan Morotai di Maluku Utara,” paparnya.
ADVERTISEMENT
Denni pun menggarisbawahi bahwa penerima Kartu Prakerja di tahun pertama dapat dikatakan tepat sasaran. “Data kami menunjukkan, mayoritas peserta berusia muda, menganggur, hidup di sektor informal, serta memiliki pendapatan rendah,” jelasnya.
Karena itu, dana Rp 3.550.000 bagi setiap peserta, meliputi bantuan pelatihan dan insentif menjadi sangat berarti untuk hidup di masa pandemi seperti saat ini.
Menjadi penerima Kartu Prakerja juga terbukti memberi dampak besar pada status kebekerjaan mereka. Baik membantu mempertahankan status sebagai pekerja maupun mengurangi laju pengangguran.
“Sebelas persen penerima Kartu Prakerja yang sebelumnya menganggur kemudian bekerja. Sementara 47 persen penerima Kartu Pekerja yang sudah bekerja tetap bekerja setelah mengikuti berbagai pelatihan di Program Kartu Prakerja,” urainya.
Penjabat Sekretaris Daerah (Sekda) Papua, Doren Wakerkwa mengatakan, di tengah banyaknya warga yang mengalami kesulitan ekonomi akibat pengurangan karyawan atau PHK sebagai dampak pandemi COVID-19 di Papua, program Kartu Prakerja dinilai sebagai solusi efektif.
ADVERTISEMENT
“Kartu Prakerja merupakan program yang sangat tepat. Pemerintah daerah siap mendukung dan bekerja sama untuk menyukseskan setiap program pemerintah pusat. Apalagi desain programnya bukan hanya pelatihan, tapi memberikan insentif bagi warga terdampak pandemi COVID-19,” tegas Doren.
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten
Sedang memuat...0 Konten