Kata Pengamat soal Prabowo Tunda Beli Jet Tempur

4 Januari 2024 15:21 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pakar Penerbangan, Gerry Soejatman, menjawab pertanyaan saat diwawancarai oleh kumparan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Pakar Penerbangan, Gerry Soejatman, menjawab pertanyaan saat diwawancarai oleh kumparan. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Pengamat penerbangan, Gerry Soejatman, menanggapi langkah pemerintah yang menunda rencana pembelian 12 jet tempur Mirage 2000-5 yang sebelumnya digunakan oleh Qatar. Juru Bicara Menhan Prabowo Subianto, Dahnil Anzar Simanjuntak, mengatakan ditundanya pembelian tersebut karena keterbatasan kapasitas anggaran.
ADVERTISEMENT
Gerry Soejatman menekankan Indonesia saat ini menghadapi kekurangan jumlah pesawat tempur. Sedangkan pesawat Rafale yang sudah dipesan Indonesia baru akan datang pada 2026. Sehingga Indonesia butuh penambahan armada dengan cepat.
“Cuma masalahnya Mirage 2000 ini memakan waktu sekitar 2 tahun sebelum pesawat pertama bisa dibawa ke Indonesia, lalu biayanya juga mahal sekali USD 800 juta. Jadi aneh ini barang bekas, kalau dibeli pun cuma sekitar USD 360-450 juta,” kata Gerry saat dihubungi kumparan, Kamis (4/11).
Pesawat jet tempur Mirage 2000-5 lepas landas di pangkalan militer udara 126 - pangkalan Capitaine Preziosi alias Solenzara, di Ventiseri, di pulau Mediterania Prancis Corsica, untuk misi di Libya pada 24 Maret 2011. Foto: Stephan Agostini / AFP
Gerry mengungkapkan Indonesia sudah punya rencana strategis Minimum Essential Force (MEF). Dari situ diketahui berapa kebutuhan penambahan terkait pertahanan.
“Kita punya rencana strategis MEF terpenuhi kalau kita mau mempunyai kemampuan menjaga Indonesia dari ancaman dari luar. Itu kebutuhan minimum, masih ada kapal laut, pesawat tempur, belum pesawat pendukung, macam-macam. Sedangkan ancaman itu selalu berubah dan meningkat,” ujar Gerry.
ADVERTISEMENT
Gerry menegaskan Indonesia masih memerlukan jet tempur lebih banyak. Ia menilai penundaan pesawat Mirage 2000-5 sebenarnya tidak masalah, selama pengadaan Rafale tidak ikut tertunda.
“MEF bukan zaman Jokowi tapi zaman SBY. MEF untuk menilai kemampuan terhadap ancaman di sekitar, itu harus dipenuhi. Kalau tidak kita ketinggalan,” tutur Gerry.
Batalnya pembelian pesawat tempur itu diputuskan oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan Kementerian Keuangan. Indonesia sebelumnya telah menandatangani kesepakatan dengan unit perusahaan pertahanan Ceko Czechoslovak Group untuk membeli 12 jet tempur Mirage 2000-5 pada Januari 2023 senilai 733 juta euro atau setara USD 801,68 juta.
Jet bekas akan dikirim dalam waktu 24 bulan setelah kesepakatan ditandatangani. Pesawat tersebut digunakan seiring Indonesia menunggu kedatangan sebagian dari 42 jet tempur Rafale. Pemerintah membeli Rafale pada 2022 senilai USD 8,1 miliar.
ADVERTISEMENT