news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kata Polygon Soal Harga Sepeda Lipat Jadi Selangit

3 Agustus 2020 11:13 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang pesepeda melintasi jalur sepeda di Jalan MH. Thamrin, Jakarta, Minggu (19/7). Foto: Aditya Pradana Putra/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Seorang pesepeda melintasi jalur sepeda di Jalan MH. Thamrin, Jakarta, Minggu (19/7). Foto: Aditya Pradana Putra/Antara Foto
ADVERTISEMENT
Di tengah pandemi virus corona, harga sepeda lipat melonjak tinggi. Bahkan, ada sepeda lipat bekas atau second yang harganya lebih mahal dibanding saat membeli dalam kondisi baru.
ADVERTISEMENT
Naiknya harga tersebut tidak menutup kemungkinan karena stok terbatas tetapi permintaan melonjak selama corona. Direktur Polygon Indonesia William Gozali mengatakan pihaknya tidak menaikkan harga dalam kondisi ini.
“Untuk Polygon selama ini kita terus menjaga harga. Kita juga mengimbau dealer resmi untuk menjaga harga supaya konsumen tidak kecewa,” kata William saat dihubungi dikutip kumparan Senin (3/8).
Namun, William mengakui ada pihak-pihak tidak bertanggung jawab dengan menggoreng atau menaikkan harga. Ia merasa tidak bisa bertanggung jawab dengan harga di luar yang ditetapkan.
“Cuma belakangan banyak muncul calo-calo yang dengan sengaja ‘menggoreng’ harga sepeda sehingga melambung tinggi, kalau menggoreng harga itu di luar kendali dan kewenangan Polygon,” ujar William.
“Maka supaya tidak merusak citra nama toko dan brand, kita mengimbau toko untuk tidak menggoreng harga,” tambahnya.
ADVERTISEMENT
Meningkatnya permintaan sepeda lipat juga di luar prediksi William. Untuk mengatasi hal tersebut, William Gozali mengungkapkan pihaknya bakal menggenjot jumlah produksi sepeda.
Namun, William belum bisa memastikan berapa persen rencananya peningkatan produksi tersebut. Sebab, kata William, yang menjadi kendala adalah di spareparts atau suku cadang sepeda yang belum tersedia. Saat ini pihaknya masih menunggu kedatangan spareparts.
“Hal ini sebenarnya pertama kalinya terjadi, sehingga pabrik sepeda dan component tidak ada yang antisipasi. Selain itu dengan banyaknya negera lockdown di bulan Februari sampai Juni juga membatasi aktivitas produsen spareparts sepeda,” tutur William.