Kedelai Mahal, Perajin Tempe Perkecil Ukuran hingga Pulangkan Karyawan

7 Januari 2021 14:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Perajin tempe memasukkan kedelai ke dalam cetakan tempe di tempat produksi tempe di kawasan Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (3/1/2021).  Foto: Didik Suhartono/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Perajin tempe memasukkan kedelai ke dalam cetakan tempe di tempat produksi tempe di kawasan Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (3/1/2021). Foto: Didik Suhartono/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Melonjaknya harga kedelai sangat berdampak pada para perajin tempe. Akibat hal tersebut, sudah ada perajin yang memilih memulangkan tenaga kerjanya untuk sementara karena tidak bisa membayar gaji.
ADVERTISEMENT
“Masalahnya sekarang tempe dan tahu itu harganya enggak karuan karena kedelainya sudah mahal, jadi sekarang banyak yang tenaga kerja yang dipulangkan dulu karena udah enggak bisa ngegaji,” kata Tawas, seorang perajin tempe di Tangerang Selatan dalam konferensi pers DPP PSI secara virtual, Kamis (7/1).
Berdasarkan catatan perajin tempe yang tergabung dalam Pusat Koperasi Tempe dan Tahu Indonesia (Puskopti) DKI Jakarta, harga bahan baku kedelai pernah mencapai Rp 9.500 per kilogram (kg), jauh dibanding pada harga normal Rp 7.500 per kg.
Tawas mengungkapkan dalam mengatasi permasalahan ini, pihaknya juga menyesuaikan ukuran tempe yang diproduksi. Selain itu, harga harus dinaikkan seperti yang semula Rp 4.000 menjadi Rp 5.000, atau Rp 6.000 menjadi Rp 7.000.
ADVERTISEMENT
“Tapi dengan harga segitu juga kita belum bisa mencukupi buat balik modalnya lagi, pas-pasan, apalagi buat ngegaji karyawan,” ungkap Tawas.
Perajin tempe memasukkan kedelai ke dalam cetakan tempe di tempat produksi tempe di kawasan Wonocolo, Surabaya, Jawa Timur, Minggu (3/1/2021). Foto: Didik Suhartono/ANTARA FOTO
Saat ini Tawas tetap memproduksi tempe dengan dibantu anak dan istrinya. Tawas berharap segera ada campur tangan pemerintah untuk mengendalikan harga kedelai. Sehingga para perajin bisa produksi tempe secara maksimal.
“Semoga dengan adanya pemerintah campur tangan bisa menurunkan (harga) kedelai, maka pengangguran-pengangguran yang tadi dipulangkan bisa ditarik kembali,” tutur Tawas.

PSI: Selamatkan Perajin Tempe, Usut Tuntas Penyebab Lonjakan Harga

Melonjaknya harga kedelai mendapat sorotan dari Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Direktur Eksekutif DPP PSI, Andy Budiman, mengungkapkan bahwa pihaknya prihatin dengan kenaikan harga kedelai yang berimbas naiknya harga tempe dan tahu.
ADVERTISEMENT
Sebab, tempe dan tahu adalah salah satu andalan sumber protein bagi masyarakat khususnya di tengah pandemi COVID-19. Untuk itu, Andy meminta pemerintah yang mempunyai kewenangan mengatur impor kedelai segera mengambil langkah, yaitu menyelamatkan perajin tahu dan tempe terlebih dahulu.
“Tentu saja dengan turun campurnya pemerintah maka diharapkan harga tahu, tempe akan kembali terjangkau oleh rakyat kebanyakan,” kata Andy.
Jubir PSI Andy Budiman. Foto: Afiati Tsalitsati/kumparan
Selain itu, Andy meminta aparat penegak hukum mengusut tuntas apabila ada pihak yang berperan dalam kenaikan harga kedelai termasuk dari proses impor. Ia menegaskan, tidak boleh ada pihak yang memanfaatkan keadaan sulit ini.
Sementara itu, Koordinator Juru Bicara DPP PSI, Kokok H Dirgantoro, merasa sejauh ini belum ada langkah konkret dari pemerintah dalam mengatasi melonjaknya harga kedelai. Ia mengharapkan ketegasan pemerintah menjaga kestabilan harga kedelai.
ADVERTISEMENT
“Sampai hari ini belum ada tendensi harga kedelai akan turun. Ini cukup membahayakan karena akan ada yang mogok aja yang saya dengar ada 160 ribu perajin. Kalau itu tidak diselamatkan itu akan banyak sekali nafkah yang hilang. Ini serius masalahnya,” tegas Kokok.