Kekhawatiran Investor Akan Resesi Ekonomi di AS Jadi Pemberat Laju Wall Street

21 Juni 2022 6:28 WIB
ยท
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja melihat pergerakan saham dari layar monitor di Wall Street di New York City. Foto: Eisele / AFP
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Investor Wall Street Amerika Serikat (AS) menilai langkah bank sentral The Fed yang lebih agresif dalam menaikkan suku bunga justru bisa meningkatkan peluang resesi ekonomi. Hal ini juga menjadi sentimen negatif Wall Street, rata-rata indeks AS itu anjlok lebih dari 4 persen selama sepakan.
ADVERTISEMENT
Adapun pasar saham AS ditutup pada Senin, (20/6) untuk Juneteenth. Namun Reuters mencatat, tata-rata indeks utama AS baru saja mengalami penurunan 10 minggu dalam 11 minggu di tengah kekhawatiran bahwa bank sentral akan menaikkan suku bunga secara agresif untuk menjinakkan inflasi dengan risiko menyebabkan penurunan ekonomi.
Terpantau selama pekan lalu, S&P 500 sudah anjlok 5,8 persen, ini menjadikan kerugian mingguan terbesar sejak Maret 2020. Pun dengan indeks Blue-chip Dow Jones juga anjlok 4,8 persen di minggu lalu.
Jatuh Dow Jones di level bawah 30.000 untuk pertama kalinya terjadi sejak Januari 2021 di minggu lalu. Nasdaq Composite yang padat teknologi tergelincir 4,8 persen minggu lalu, turun 33 persen dari rekor tertingginya.
Ketua Dewan Cadangan Federal Jerome Powell berbicara pada konferensi pers setelah pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal. Foto: AFP
Ketua Fed Jerome Powell akan bersaksi di depan Kongres pada Rabu dan Kamis mendatang. Penampilannya muncul setelah kenaikan suku bunga baru-baru ini sebesar 75 basis poin, peningkatan terbesar bank sentral sejak 1994.
ADVERTISEMENT
Investor akan memantau data yang masuk, termasuk penjualan rumah yang ada pada hari Selasa, untuk mengukur kesehatan ekonomi. Data terbaru menunjukkan kepercayaan konsumen yang rendah, penurunan belanja ritel dan pasar perumahan yang mendingin telah memicu kekhawatiran resesi karena The Fed memerangi inflasi pada level tertinggi 41 tahun.