Kemendag RI Nilai Joe Biden Lebih Friendly untuk Urusan Perdagangan

19 Januari 2021 13:52 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Joe Biden menyampaikan Pidato kemenangan di Pemilu AS 2020 di di Wilmington, Delaware, pada Sabtu (7/11). Foto: POOL
zoom-in-whitePerbesar
Joe Biden menyampaikan Pidato kemenangan di Pemilu AS 2020 di di Wilmington, Delaware, pada Sabtu (7/11). Foto: POOL
ADVERTISEMENT
Joe Biden bakal dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat (AS) pada 20 Januari 2020. Arah kebijakan perdagangan Indonesia dengan AS diperkirakan tidak banyak berubah.
ADVERTISEMENT
Direktur Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan (Kemendag), Ni Made Ayu Marthini, mengatakan Indonesia akan tetap menjadi mitra strategis AS dan begitu pula sebaliknya. Hanya saja, pendekatannya bakal berbeda dibanding saat Donald Trump masih menjadi presiden.
“Namun gaya, tone, approach berbeda, lebih multilateralisme, lebih friendly namun pasti. Jadi tidak akan seperti sebelumnya yang semua orang ada apa ini, apa yang terjadi dengan negara kita kalau misalnya Presiden Trump meng-Tweet gitu,” kata Ni Made Ayu saat webinar yang digelar INADIS, Selasa (19/1).
Ni Made Ayu menganggap ke depan bakal lebih pasti mana negara yang bisa diajak berteman atau bekerja sama atau tidak. Ia memastikan Indonesia tetap bekerja sama dengan Amerika dan memaksimalkan peluang yang ada.
Pekerja melakukan bongkar muat peti kemas di Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok. Foto: ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat
“Indonesia kita tetap bekerja sama dengan Amerika dengan baik dan memanfaatkan segala macam, memadukan perspektif geopolitik Indonesia, pentingnya Indonesia di kawasan,” ujar Ni Made Ayu.
ADVERTISEMENT
“Dan geoekonomi Indonesia dengan 270 juta penduduk Indonesia untuk mendapatkan manfaat semaksimal mungkin berhubungan dengan Amerika,” tambahnya.
Ni Made Ayu menjelaskan fokus kerja sama perdagangan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang sudah disiapkan. Ia mengungkapkan di jangka pendek pihaknya fokus mengisi pasar Amerika yang mungkin ditinggalkan China atau negara lainnya.
Menurutnya Amerika tetap butuh berbagai produk seperti baju dan sepatu meski mungkin berkurang karena pandemi COVID-19. Sementara jangka menengah dan panjang pada intinya mengenai perbaikan struktur ekspor kedua negara.
“Bagaimana memadukan sehingga ekonomi Amerika dengan Indonesia lebih terintegrasi bagian dari supply chain,” ungkapnya.