Kemenkeu: SWF Indonesia Berbeda dengan Negara Lain, Bukan untuk Utang

28 Januari 2021 16:22 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara.  Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
zoom-in-whitePerbesar
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara. Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
ADVERTISEMENT
Pemerintah telah membentuk sovereign wealth fund (SWF) atau Lembaga Pengelola Investasi (LPI) sebagaimana yang diamanatkan UU Cipta Kerja. SWF yang diberi nama Indonesia Investment Authority (INA) ini telah memiliki dewan pengawas yang resmi dilantik oleh Presiden Joko Widodo.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menegaskan bahwa SWF milik Indonesia ini berbeda dengan SWF di negara-negara lain. Suahasil mengatakan, INA nantinya akan menghimpun dana berupa ekuitas, bukan berupa utang.
“Logika utama dari Indonesia SWF berbeda dengan negara-negara lain. Logika utama dari SWF Indonesia adalah kita ingin mengundang foreign fund, dana dari luar negeri masuk ke Indonesia bukan sebagai utang namun sebagai equity,” ujar Suahasil dalam BRI Group Economic Forum 2021 Indonesia Economic Recovery, Oppurtunities in The Time of Pandemic, Kamis (28/1).
Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara. Foto: ANTARA FOTO/Galih Pradipta
Agar foreign fund tersebut bisa masuk sebagai equity maka Indonesia perlu menyediakan semacam pancingan, yaitu berupa INA. Menurut Suahasil, INA telah dilengkapi dengan modal awal sebesar Rp 15 triliun berbentuk cash yang bersumber langsung dari APBN. Adapun modal tersebut menurutnya akan semakin diperbesar seiring waktu.
ADVERTISEMENT
“Ini akan kita perbesar dengan sebagian nanti ke tambahannya adalah berbentuk aset dari BUMN. Akan kita taruh di dalam SWF juga,” ujarnya.
Aset tersebut nantinya akan dikerjasamakan dengan mitra investor strategis dari luar negeri. Keberadaan INA menurut Suahasil menjadi sangat penting bagi development financing Indonesia ke depan.
Suahasil berharap portfolio yang masuk sebagai equity nanti merupakan portfolio bersifat jangka panjang dan bukan hanya sekadar portfolio jangka pendek. Inilah yang akan menjadi PR besar bagi INA untuk mendesain proyek mana yang bakal dikerjasamakan dan proyek mana yang berpotensi menjadi game changer bagi pendanaan pembangunan jangka panjang.
“Kita akan mengikuti ini terus dan saya yakin bahwa teman-teman yang aktif di sektor keuangan akan selalu mengikuti ini terus ke depannya,” tandasnya.
ADVERTISEMENT