Kemenperin Catat 2 Juta Pekerja Industri Terdampak Corona, Terbanyak di Otomotif

8 September 2020 12:16 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja yang menggunakan masker melakukan perakitan mobil di pabrik mobil Renault di Flins, Prancis, Rabu (6/5). Foto: REUTERS/Gonzalo Fuentes
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja yang menggunakan masker melakukan perakitan mobil di pabrik mobil Renault di Flins, Prancis, Rabu (6/5). Foto: REUTERS/Gonzalo Fuentes
ADVERTISEMENT
Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat jumlah tenaga kerja di industri kecil dan menengah (IKM) yang terdampak pandemi virus corona semakin bertambah. Kondisi ini sejalan dengan pertumbuhan industri nonmigas yang menurun 5,74 persen selama kuartal II 2020.
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka Kemenperin, Gati Wibawaningsih, mengatakan berdasarkan data yang diterimanya dari pemda di 34 provinsi, sebanyak 1 juta pekerja IKM terdampak corona di Juni 2020. Sementara hari ini jumlahnya meningkat menjadi 2 juta pekerja.
"Kami bikin pendataan bersama kepala dinas di 34 provinsi, awal Juni itu 1 jutaan IKM yang terdampak. Tenaga kerjanya kami tidak hitung. Hari ini saya dapat info 2 juta tenaga kerja (terdampak)," ujar Gati dalam webinar Bappenas: Prospek Pemulihan Ekonomi Sektor Industri Kecil dan Menengah, Selasa (8/9).
Dia melanjutkan, hampir seluruh industri terdampak pandemi COVID-19. Terparah adalah di sektor otomotif dan secara otomatis akan berdampak pada pekerja sektor tersebut.
Berdasarkan data BPS, produksi mobil secara wholesale (hingga tingkat dealer) hanya 24.042 unit atau turun 89,44 persen (yoy) di kuartal II 2020. Sementara produksi motor secara wholesale hanya 313.625 unit atau turun 79,7 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
"Apalagi benar-benar sektor yang terdampak, yaitu otomotif. Karena industri otomotif penjualannya turun, pasti berdampak pada IKM-nya," jelasnya.
Menurut Gati, kondisi industri diperkirakan belum akan normal saat ini. Sehingga, para pelaku industri dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif, serta menyesuaikan diri dalam kondisi pandemi ini.
"Teman-teman harus mampu beradaptasi dengan kondisi saat ini, bagaimana tetap berproduksi tapi menjalankan protokol kesehatan. Ini menjadi beban besar bagi IKM, karena resource-nya enggak semudah industri besar untuk menyesuaikan diri," kata Gati.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kemenperin, Gati Wibawaningsih. Foto: Resya Firmansyah/kumparan
Pada kuartal II 2020, hanya tiga sektor industri yang masih mencatatkan pertumbuhan di kuartal II 2020. Yaitu industri kimia, farmasi, dan obat tradisional yang tumbuh 8,65 persen (yoy), industri logam dasar 2,76 persen (yoy), dan industri makanan dan minuman 0,22 persen (yoy).
ADVERTISEMENT
"Yang positif tumbuh hanya kimia, farmasi, dan obat tradisional, kemudian logam dasar, lalu industri makanan dan minuman," tuturnya.
Gati melanjutkan, industri logam dasar mengalami pertumbuhan positif, dan juga memperoleh investasi terbesar yakni Rp 45,21 triliun selama periode Januari-Juni 2020. Namun sayangnya, kondisi tersebut tak mampu mengerek industri lainnya yang terkontraksi, seperti otomotif.
"Investasi di industri logam dasar, barang logam bukan mesin, Rp 45,21 triliun. Lalu industri makanan, kimia dan farmasi. Memang kalau kita lihat di masa pandemi ini orang banyak makan dan menggunakan kimia. Logam dasar dan logam bukan mesin ini naik, tapi industri otomotif tidak terpengaruh oleh itu," tambahnya.