Kementan Targetkan 2,5 Juta Petani Milenial: Ubah Pertanian Jadi Modern

12 Agustus 2021 18:10 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi petani. Foto: Dok. BRI
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi petani. Foto: Dok. BRI
ADVERTISEMENT
Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan 2,5 juta petani milenial di 2024. Petani milenial ini sebagai bentuk regenerasi petani di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Sekjen Kementan Kasdi Subagyo mengatakan, untuk bisa mewujudkannya, pandangan pertanian harus diubah menjadi lebih modern.
"Kementan menargetkan petani milenial 2,5 juta hingga 2024 nanti. Nah itu jadi bagian penting untuk regenerasi petani," ujar Kasdi dalam webinar dialog menteri, Kamis (12/8).
"Bagaimana strategi kita regenerasi petani, maka pertama yang harus kita hilangkan bahwa pertanian itu belepotan, kotor, enggak ada inovasi, teknologi itu kita hilangkan," tambahnya.
Kemudian para calon petani milenial juga harus diberi pelatihan. Sehingga benar-benar memahami konsep pertanian dengan upgrade yang lebih modern.
Petani mengoperasikan aplikasi pada telpon genggam saat menyiram kebun brokoli dalam metode smart farming di Desa Gobleg, Buleleng, Bali, Minggu (8/8). Foto: Nyoman Hendra Wibowo/ANTARA FOTO
"Kita beri pelatihan pada calon regenerasi petani kita itu untuk memahami apa sebenarnya pertanian yang akan jadi bagian yang kita bangun saat ini," tuturnya.
Pertanian modern atau smart farming akan dilengkapi dengan teknologi. Termasuk juga dengan kelengkapan citra satelit untuk menangkap proses di lapangan.
ADVERTISEMENT
"Salah satu strategi kita adalah membangun pertanian modern, smart farming dikorporasikan, internet, masuk robot construction kita libatkan. Kita punyai digital room. Semua berbasis teknologi modern. Kita desain citra satelit untuk bisa record yang terjadi di lapangan," jelasnya.
Para petani milenial juga tak hanya diajarkan cara bertani, tapi juga pasarnya. Sehingga penanaman bisa disesuaikan dengan kebutuhan pasar.
"Jangan kita didik petani tanam banyak, tapi enggak tau pasarnya. Justru kita pasarnya ada apa enggak, komoditas apa yang diminta pasar, kemudian termasuk peluang pasar ekspor kita identifikasi baru tentukan komoditas apa kita tanam apa," tutupnya.