Kementan Targetkan Bisa Ekspor Komoditas Pertanian Rp 940 Triliun di 2023

22 Februari 2023 13:49 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Petani binaan Papua Muda Inspiratif (PMI) melakukan panen jagung di Kampung Yakasib, Distrik Namblong, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Foto: Dok. Istimewa
zoom-in-whitePerbesar
Petani binaan Papua Muda Inspiratif (PMI) melakukan panen jagung di Kampung Yakasib, Distrik Namblong, Kabupaten Jayapura, Provinsi Papua. Foto: Dok. Istimewa
ADVERTISEMENT
Kementerian Pertanian (Kementan) menargetkan ekspor komoditas pertanian Indonesia pada 2023 mencapai Rp 940,4 triliun. Untuk mengejar itu, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo telah menunjuk Badan Karantina Pertanian (Barantan) sebagai koordinator patriot ekspor.
ADVERTISEMENT
Kepala Barantan, Bambang mengatakan target tersebut bukan target mudah. Namun dia optimis bila melihat tren ekspor komoditas pertanian di tahun-tahun sebelumnya yang mencapai target.
"Bukan mudah kita capai. Tapi perjalanan dari tahun 2019 dan 2020 bisa kita capai. Dari Rp 390 triliun menjadi Rp 436 triliun, kemudian naik lagi 2021 jadi Rp 524 triliun, tahun 2022 naik menjadi Rp 658,1 triliun," kata Bambang saat forum Ngopi Bareng Barantan, Rabu (22/2).
"PR yang paling besar untuk kita capai 2023, Rp 940 triliun, kemudian lebih berat lagi 2024. Kita baru setengah jalan untuk menuju 2024 dengan target Rp 1.316 triliun," imbuhnya.
Strateginya, Barantan telah berkoordinasi dengan setiap Direktorat Jenderal teknis di Kementan dan akan mengawal pengembangan komoditas pertanian di setiap Direktorat Jenderal.
ADVERTISEMENT
"Misalnya banyak permintaan dari luar tentang kopi, rempah, jadi pilihannya kopi dan pala. Kenapa kopi dan pala banyak diminta tapi banyak penolakan dari negara tujuan. Karena perlakuan dari budidaya hingga kemungkinan residu bahan kimia itu masih mungkin terjadi sehingga itu jadi pilihan yang harus dikawal Barantan," jelasnya.
Lobi Kedutaan Besar Muluskan Ekspor RI
Petani kopi menunjukan hasil kopi di Desa Devisa klaster kopi. Foto: Dok. LPEI
Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati, Adnan melanjutkan, Barantan sering berkirim surat dengan kedutaan besar calon negara tujuan ekspor.
Namun, perlu proses panjang sampai akhirnya negara-negara tersebut mau membuka akses pasar mereka untuk menerima komoditas pertanian Indonesia.
"Contoh sederhana, sampai hari ini, sudah hampir 10 tahun nanas kita belum bisa masuk ke Australia. Karena dia beralasan masih proses analisa risiko," kata Adnan.
ADVERTISEMENT
Tak cuma Australia, nanas dari Indonesia juga tersendat perizinan masuk pasar Amerika. Dia menjelaskan, di Amerika ada protokol perizinan yang didapatkan melalui public hiring yang dilakukan dengan batas 60 hari. Namun hingga sekarang hasilnya masih nihil.
Adapun salah satu produk pertanian yang tahun ini baru mendapat izin adalah mangga di mana Indonesia tahun ini pertama kalinya akan ekspor mangga ke Jepang.
"Kita akan ekspor ke Jepang, mudah-mudahan sudah final. Dan tahun ini Insyaallah mangga kita masuk sana, utamanya Gedong Gincu yang dari Jawa barat. Tapi tak menutup mangga-mangga lain bisa dikirim ke Jepang," jelasnya.
Alasan China Jadi Pasar Utama
Adnan menyadari bahwa China menjadi negara tujuan ekspor komoditas pertanian Indonesia yang paling banyak. Alasannya yang pertama, China memiliki protokol ketat sehingga apabila Indonesia bisa masuk sana, akan lebih mudah masuk negara lainnya.
ADVERTISEMENT
"Bayangkan traceability dari kebun, siapa nama petaninya, berapa luasan hektarnya, sudah teregistrasi pemerintah atau belum, bahkan sampai di sana harus diswab juga," jelasnya.
Alasan kedua, adalah China memiliki populasi yang besar sehingga itu menajdi pasar potensial. Adnan menambahkan, beberapa jenis komoditi pertanian telah diaudit untuk bisa diekspor ke China.
"Selain itu populasi China besar, artinya pengonsumsi produk kita lebih banyak dan potensi pasarnya besar. Kemarin kami sudah diaudit manggis, salak, buah naga," ujarnya.