Kementan Ungkap RI Rawan Krisis Pangan hingga Gizi Buruk

23 September 2022 12:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Seorang petani saat membersihkan lahan pertanianya di Desa Gamber, Rabu (12/6). Foto: Rahmat Utomo/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Seorang petani saat membersihkan lahan pertanianya di Desa Gamber, Rabu (12/6). Foto: Rahmat Utomo/kumparan
ADVERTISEMENT
Kementerian Pertanian mengungkap Indonesia punya kerentanan pada krisis pangan di tengah kondisi saat ini. Di tambah dengan inflasi dan kondisi konflik Rusia-Ukraina, hal itu bisa merembet hingga masalah stunting atau gizi buruk di dalam negeri.
ADVERTISEMENT
Analis Kebijakan Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Kementan Wahida mengungkap ada banyak faktor yang saling berkaitan memberikan dampak pada sektor ketahanan pangan di Indonesia.
Faktor tersebut, mulai dari perubahan iklim yang dampaknya juga dirasakan oleh hampir semua negara. Selanjutnya adalah konflik Rusia-Ukraina yang memperparah lantaran kedua negara merupakan pemasok pangan global terutama gandum dan minyak biji bunga matahari.
"Dan yang paling penting, kedua negara tersebut adalah penyedia atau eksportir bahan pupuk terbesar dunia. Sehingga secara global dari sisi ketersediaan pangannya negara-negara yang berbasis gandum mengalami food insecurity. Dan Indonesia kena dampaknya, sangat signifikan, dan belum dirasakan," kata Wahida dalam webinar yang digelar Center for Indonesian Policy Studies (CPIS), Jumat (23/9).
Tidak hanya berat badan, ukuran tulang sang anak juga menjadi indikator gejala stunting. Foto: Iqbal Firdaus/kumparan
Wahida mengatakan, beban berat yang harus ditanggung Indonesia imbas konflik tersebut terutama dari segi ketersediaan pupuk di dalam negeri. Kedua negara tersebut merupakan produsen bahan baku pupuk, sehingga harga pupuk di Indonesia saat ini telah meroket dari harga normal.
ADVERTISEMENT
Tak hanya sektor produksi pangan yang terguncang, Wahida melihat dari sisi konsumsi juga menanggung beban berat. Dia menyoroti keputusan pemerintah yang menaikkan harga BBM juga akan punya andil membebani di sisi konsumsi karena inflasi bahan pangan. Dengan situasi ini, menurutnya permasalahan ketahanan pangan bisa merembet hingga masalah gizi buruk.
"Sedangkan dari dampak konsumsinya, Indonesia punya double burden dan itu sangat rawan, nanti akan ada stunting dan segala macamnya itu signifikan dampak dari ini semua. Apalagi kalau setelah ini terjadi inflasi, kita sama-sama bisa bayangkan apa yang terjadi di dalam negeri. Semoga kita semua bisa terhindar," pungkasnya.