Kementerian ESDM Ungkap Potensi Jumbo PLTA di Papua, Tembus 8-10 GW

21 Februari 2024 13:07 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Proyek Tomasa, PLTA milik Arkora Hydro yang terletak di Sulawesi Tengah, dengan kapasitas produksi sebesar 10 MW. Foto: Arkora Hydro
zoom-in-whitePerbesar
Proyek Tomasa, PLTA milik Arkora Hydro yang terletak di Sulawesi Tengah, dengan kapasitas produksi sebesar 10 MW. Foto: Arkora Hydro
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkapkan ada potensi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) raksasa di wilayah Papua mencapai 8-10 gigawatt (GW).
ADVERTISEMENT
Direktur Jenderal (Dirjen) Ketenagalistrikan, Jisman P Hutajulu, mengatakan potensi tersebut belum dimanfaatkan, sebab potensi permintaan atau demand listrik di sana masih kecil.
"Jadi ada potensi yang besar, angkanya 8-10 GW jadi demand-nya kecil di sana. Ada dua cara apakah nanti industri kita datangkan ke sana ketika mau bangun PLTA di sana yang sangat besar," jelasnya saat ditemui di PLTMG Senayan, Rabu (21/2).
Jisman mengungkapkan, salah satu tujuan pemanfaatan PLTA di Papua yang tengah dipertimbangkan Menteri ESDM Arifin Tasrif adalah untuk produksi hidrogen dan amonia.
"Demand belum ada dan Pak Menteri sudah memikirkan ke situ, segera dimanfaatkan dan salah satunya adalah untuk hidrogen dan amonia, dibuat studinya gitu ya," jelasnya.
Menteri ESDM Arifin Tasrif di Kementerian ESDM, Jumat (28/4/2023). Foto: Ghinaa Rahmatika/kumparan
Produksi hidrogen dan amonia tersebut, kata dia, sebagian bisa diekspor. Dia menyebutkan Jepang sudah berminat dengan syarat harga listrik dari PLTA tersebut dibuat murah, sekitar 4 sen.
ADVERTISEMENT
"Tadi sudah ngomong-ngomong sama pawang hidrogen tadi, bahwa pihak Jepang sudah menginginkan asal harga listriknya mungkin di sekitar ya kalau saya sebut sekitar 5 sen masih di-absorb untuk harga hidrogennya," tutur Jisman.
Jisman menyebutkan, jika ekosistem pembangkit di Papua sudah terbangun dengan masif oleh industri, maka keekonomian akan semakin besar dan membuat harga listrik dari PLTA bisa semakin turun.
Meski demikian, Jisman masih enggan mengungkapkan calon investor yang akan membangun PLTA di Papua tersebut. Hanya saja, dia berharap setidaknya ada industri yang mau datang.
"Ini juga apakah industri kita datangkan untuk produksi hidrogen ini kemudian mungkin ditambah dengan amonia dan bisa diekspor atau untuk dalam negeri seperti ini, ada untuk transportasi, ada juga untuk pembangkit kita," pungkasnya.
ADVERTISEMENT