Kenaikan Harga Avtur Bakal Pangkas Laba Maskapai

4 Juni 2018 10:01 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tumpahan fuel pesawat Lion Air di Bandara Juanda (Foto: Dok. Istimewa)
zoom-in-whitePerbesar
Tumpahan fuel pesawat Lion Air di Bandara Juanda (Foto: Dok. Istimewa)
ADVERTISEMENT
Kenaikan harga minyak dunia telah memicu kenaikan harga avtur, sehingga maskapai penerbangan harus membayar lebih mahal biaya bahan bakar. Hal ini diperkirakan bakal memangkas perolehan laba industri penerbangan dunia.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari Reuters, Asosiasi Transportasi Udara Internasional (International Air Transport Association/IATA) memproyeksikan laba bersih maskapai pada 2018 hanya akan mencapai USD 33,8 miliar. Angka itu meleset dari perkiraan semula yang dirilis Desember 2017, yakni sebesar USD 38,4 miliar.
Selain tertekan kenaikan harga avtur, kinerja maskapai penerbangan global juga harus menanggung beban biaya tenaga kerja yang lebih mahal dibandingkan tahun lalu.
“Pada akhirnya, keuntungan yang ‘normal’ menjadi hal yang lumrah dalam bisnis maskapai penerbangan,” kata Kepala Eksekutif IATA, Alexandre de Juniac. IATA beranggotakan sekitar 280 maskapai penerbangan dari berbagai negara di dunia, atau sekitar 83% dari industri penerbangan dunia.
Counter Check Terminal 3 Bandara Soetta. (Foto: Diah Harni/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Counter Check Terminal 3 Bandara Soetta. (Foto: Diah Harni/kumparan)
Pada 2017 lalu, maskapai penerbangan global mencatatkan laba bersih USD 38 miliar. Ini merupakan salah satu rekor di bisnis penerbangan. Sementara itu untuk 2018 ini, jumlah penumpang diproyeksi naik 3,2%.
ADVERTISEMENT
Kenaikan permintaan ini didukung oleh pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat. Tapi pada sisi lain dibayangi oleh meningkatnya proteksionisme yang mengganggu pergerakan orang dan barang antar-negara.
North American Airline dengan laba bersih sebesar USD 15 miliar, akan memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan industri. Selain Afrika, semua wilayah lain akan tetap menguntungkan. Operator di Asia Pasifik, yang merupakan wilayah dengan pertumbuhan penumpang tertinggi, akan menghasilkan USD 8,2 miliar.
Asia Pasifik menjadi pasar ketiga dengan laba terbesar, setelah Amerika dan kemudian Eropa sebesar USD 8,6 miliar.