Kenaikan Harga BBM dan Inflasi Picu Kekhawatiran Pedagang Pasar

8 September 2022 13:58 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sejumlah pedagang beraktivitas tanpa menggunakan masker di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Kamis (1/10). Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO
zoom-in-whitePerbesar
Sejumlah pedagang beraktivitas tanpa menggunakan masker di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta, Kamis (1/10). Foto: Indrianto Eko Suwarso/ANTARA FOTO
ADVERTISEMENT
Kenaikan harga BBM dan rencana kenaikan tarif cukai rokok dikhawatirkan akan membuat laju inflasi semakin tinggi. Hal ini pun dikhawatirkan para pedagang pasar.
ADVERTISEMENT
Sekretaris Jenderal Asosiasi Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) Mujiburrohman mengatakan, perekonomian masih belum sepenuhnya bangkit dari keterpurukan. Namun di sisi lain harga bahan pokok sudah mengalami kenaikan.
“Barang pokok mengalami kenaikan yang disebabkan pelemahan nilai tukar rupiah, kenaikan BBM, dan lain-lain yang berimbas pada harga bahan pokok,” kata Mujiburrohman dalam keterangannya, Kamis (8/9).
Akibat kenaikan harga bahan pokok yang tidak terkendali itu, masyarakat juga turut mengurangi pembelian terhadap beberapa barang konsumsi lain yang bukan kebutuhan pokok. Salah satu produk yang mengalami penurunan omzet adalah penjualan rokok.
Menurut Mujiburrohman, sebelum pandemi keuntungan dari penjualan rokok biasanya mencapai 10 persen, namun kini turun menjadi 6-7 persen. Selain daya beli masyarakat yang melemah, hal ini juga disebabkan oleh kenaikan harga rokok yang tinggi akibat peningkatan tarif cukai dalam beberapa tahun terakhir.
ADVERTISEMENT
Press Conference Pernyataan Sikap APPSI terkait Kebijakan Naiknya Bahan Kebutuhan Pokok, Pasar Minggu, Selasa (30/8/2022). Foto: Nabil Jahja/kumparan
Ia pun meminta pemerintah untuk mengkaji ulang rencana kenaikan cukai rokok pada tahun depan. “Kalau cukai rokok naik, maka harga rokok juga naik. Ini menyusahkan pedagang pasar, pedagang asongan, bahkan petani tembakau dan buruh rokok yang menggantungkan nasibnya pada barang ini. Harapan kami cukai tidak naik tahun depan” tegasnya.
Pengamat Ekonomi Energi Universitas Gadjah Mada Fahmy Radhi menilai, kenaikan harga BBM bersubsidi di tahun ini akan memicu lonjakan inflasi hingga menjadi 7,2 persen.
Hingga Juli 2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi tahunan Indonesia sudah menyentuh 4,94 persen (yoy), yang utamanya didorong oleh lonjakan harga-harga kebutuhan pokok di pasar. Adapun kelompok bahan makanan, minuman, dan tembakau sampai Juli menyumbang inflasi terbesar yaitu sebanyak 9,35 persen. Kenaikan harga komoditas ini diperkirakan akan memicu inflasi lebih lanjut apabila kenaikan terus dibiarkan terjadi.
ADVERTISEMENT
Menurut Fahmy, kenaikan inflasi akan menggerus daya beli dan konsumsi masyarakat, sehingga mengganggu momentum pertumbuhan ekonomi yang sedang terjadi. "Kenaikan harga juga akan berimbas pada harga kebutuhan pokok. Masyarakat miskin akan merasakan dampaknya, seperti harga yang naik padahal belum pernah memperoleh BBM subsidi sekalipun," tuturnya.
Dampak kenaikan harga BBM, kata Fahmy, juga bakal dirasakan para pedagang pasar. Mereka akan terkena dua imbas sekaligus yakni biaya produksi yang naik akibat peningkatan ongkos transportasi serta harga barang konsumsi semakin mahal. Akibatnya, para pedagang akan mengalami kesulitan untuk menarik omzet dan mendapatkan margin.