Kendala UMKM Sebelum dan saat Pandemi Masih Sama: Pembiayaan hingga Pemasaran

28 Juli 2021 17:27 WIB
·
waktu baca 1 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Pekerja menjemur tepung tapioka berbahan dasar singkong di Malangbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Foto: Candra Yanuarsyah/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Pekerja menjemur tepung tapioka berbahan dasar singkong di Malangbong, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Foto: Candra Yanuarsyah/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kementerian Koperasi dan UKM mendorong UMKM di Indonesia naik kelas. Namun, keinginan tersebut tentu tidak semudah membalikkan telapak tangan.
ADVERTISEMENT
Asisten Deputi Kemitraan dan Perluasan Pasar Kemenkop, Fixy, mengungkapkan ada kendala yang sudah lama dihadapi para pelaku UMKM sejak sebelum pandemi COVID-19.
“Kendala yang dihadapi UMKM baik di masa pandemi maupun sebelum pandemi sebetulnya tak banyak berubah. Kendalanya masih di bidang pembiayaan atau permodalan,” kata Fixy saat webinar yang digelar Artajasa, Rabu (28/7).
Perajin memindahkan kerajinan kursi rotan di salah satu Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) kawasan Pasar Minggu, Jakarta, Senin (26/7/2021). Foto: M RISYAL HIDAYAT/ANTARA FOTO
Selain permodalan, Fixy mengatakan akses pasar atau pemasaran juga menjadi kendala yang belum bisa dituntaskan sepenuhnya. Kendala bahan baku juga tidak bisa dianggap masalah biasa saja.
“Ini dengan adanya pandemi semakin terasa berat karena dengan adanya pembatasan PPKM walaupun logistik tidak dibatasi, bahan baku itu otomatis agak-agak sulit mendapatkan,” ungkap Fixy.
Fixy menuturkan, supply dan demand tentu masih ada saat pandemi COVID-19. Namun, perlu penyesuaian dengan keadaan saat ini.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, Fixy menuturkan perkembangan jumlah UMKM di Indonesia sudah semakin pesat. Tak heran, ia menilai UMKM salah satu tulang punggung perekonomian negara.
“Jumlah UMKM saat ini itu berada di sekitar 64 juta, walaupun jumlah besar ini kalau kita lihat komposisinya menyerupai piramida. Maka dari 64 juta itu yang besar ada di bawah ini para pelaku usaha mikro,” tutur Fixy.