news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Kepala BKPM: RI Masih Impor 1,3 Juta Ton Aspal

28 Februari 2021 19:04 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia meluncurkan Command Center atau Pusat Komando Operasi dan Pengawalan Investasi (KOPI) di kantor BKPM, Jakarta, Senin (23/3). Foto: Dok. BKPM
zoom-in-whitePerbesar
Kepala BKPM Bahlil Lahadalia meluncurkan Command Center atau Pusat Komando Operasi dan Pengawalan Investasi (KOPI) di kantor BKPM, Jakarta, Senin (23/3). Foto: Dok. BKPM
ADVERTISEMENT
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan keinginan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar belanja APBN, APBD, dan BUMN mengedepankan produk lokal.
ADVERTISEMENT
Namun, saat ini keinginan tersebut belum sepenuhnya bisa dilakukan. Bahlil menyebutkan Indonesia masih harus mendatangkan produk aspal dari luar negeri mencapai 1,3 juta ton.
“Dalam konteks itu Indonesia sampai dengan sekarang masih mengimpor kurang lebih sekitar 1,3 juta ton aspal,” kata Bahlil saat konferensi pers secara virtual, Minggu (28/2).
Bahlil membeberkan harga aspal per ton bisa mencapai antara USD 2,9 sampai USD 300 per ton. Kondisi tersebut tentu memberatkan keuangan.
“Kalau kita impornya 1,3 (juta), 1,4 (juta) berarti kita cadangan devisa kita kurang lebih sekitar Rp 40 triliun sampai dengan Rp 46 triliun,” ujar Bahlil.
Pertamina menyuplai aspal untuk Sirkuit MotoGP Mandalika. Foto: Pertamina
Bahlil menegaskan industri aspal di Indonesia harus dikembangkan. Apalagi, kata Bahlil, Indonesia sebenarnya sudah mempunyai Aspal Buton. Namun, pengelolaannya belum maksimal.
ADVERTISEMENT
Untuk itu, BKPM memberikan tax holiday kepada PT Kartika Prima Abadi agar memaksimalkan aspal Buton. Bahlil memastikan penggarapannya bakal melibatkan para pengusaha lokal di Buton, Sulawesi Tenggara.
“Bahwa hari ini yang kita resmikan dan berikan tax holiday itu baru kapasitas 100 ribu per tahun tetapi dalam rencana investasi pada 2024 sudah mencapai 500 ribu ton per tahun. Artinya kebutuhan konsumsi nasional 50 persen sudah bisa menghasilkan dari sini,” tutur Bahlil.