Keran Impor Beras Kembali Dibuka, Begini Respons Mentan

7 Desember 2022 20:51 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam acara Indonesia Business Forum, Rabu (14/9/2022). Foto: Kementan RI
zoom-in-whitePerbesar
Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam acara Indonesia Business Forum, Rabu (14/9/2022). Foto: Kementan RI
ADVERTISEMENT
Indonesia tahun ini akan melakukan importasi 200 ribu ton beras. Pasokan itu akan digunakan untuk memenuhi kekurangan beras Bulog yang ditarget mencapai 1,2 juta ton hingga akhir tahun ini.
ADVERTISEMENT
Tercatat, Indonesia terakhir kali melakukan importasi beras umum melalui penugasan Bulog adalah pada 2018 silam, yakni sebesar 1,8 juta ton. Sementara pada kurun waktu 2019-2021, importasi dilakukan sangat kecil dan itupun beras jenis khusus yang tidak diproduksi di Indonesia, dan impor itu untuk memenuhi kebutuhan hotel, restoran, dan kafe.
Meski Indonesia kembali membuka keran impor tahun ini, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo justru mengatakan produktivitas beras nasional tahun ini adalah yang paling bagus.
"Ini merupakan produktivitas paling tinggi selama Indonesia ada. Tanya BPS," kata Syahrul ditemui usai rapat kerja dengan Komisi IV DPR RI, Rabu (7/12).
Pekerja menata dan melakukan pengepakan beras di gudang Perum Bulog Kanwil Jambi, Pasir Putih, Jambi, Kamis (24/2/2022). Foto: Wahdi Septiawan/ANTARA FOTO
Dalam Raker itu, dipaparkan data BPS yang menyebut surplus beras Indonesia tahun ini sebesar 1,70 juta ton. Namun bila diperhatikan detail, provinsi yang mengalami surplus beras hanya 12 provinsi, dibanding 21 provinsi yang defisit beras.
ADVERTISEMENT
Sementara Asosiasi Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) mencatat, tren secara bulanan defisit beras dari kebutuhan per bulan setiap tahunnya terus meningkat.
Pada 2018, ada 4 bulan periode produksi beras mengalami defisit, kemudian pada 2019 bertambah 5 bulan, 2020 bertambah lagi sebanyak 6 bulan, 2021 sebanyak 9 bulan, dan pada 2022 ini diperkirakan ada minus di 8 bulan dalam setahun.
Disinggung soal mengapa Indonesia masih impor meski produktivitasnya tinggi, Syahrul enggan berkomentar. "Aku enggak mau jawab itu," pungkasnya.
Adapun selain 200 ribu ton beras impor tahun ini, tahun depan pemerintah juga berpeluang mengimpor 300 ribu ton beras untuk menutup kebutuhan beras nasional sebelum masuk panen raya pada Maret-April 2023.
ADVERTISEMENT
Dalam Raker pun, Syahrul menegaskan soal kecukupan produktivitas beras nasional. Dia mengatakan, hal itu juga dikatakan oleh gubernur dan bupati di semua daerah.
"Saya masih sangat yakin dengan produktivitas kita. Saya enggak main-main. Bapak boleh tak percaya, tapi mari kita lihat, dan semua gubernur bupati menyampaikan bahwa enggak ada masalah," ujarnya.