Ketahanan Bank Kuat, LPS Sinergi dengan Bank Sentral untuk Pemulihan Ekonomi

12 April 2022 20:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
ADVERTISEMENT
Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa mengeklaim, kondisi ketahanan perbankan masih cukup kuat. Hal ini karena dukungan tingkat permodalan yang cukup tinggi di level 25,8 persen.
ADVERTISEMENT
Tak hanya itu, likuiditas yang longgar di tengah meningkatnya tekanan eksternal yang bersumber dari ketegangan geopolitik Rusia-Ukraina, dan percepatan normalisasi kebijakan moneter bank sentral dunia juga ikut menjadi alasan kuatnya kondisi perbankan.
Per Februari 2022, total aset perbankan tumbuh 10,3 persen (yoy), ditopang oleh pertumbuhan DPK sebesar 11,1 persen (yoy). Penyaluran Kredit perbankan mampu tumbuh 6,3 persen (yoy), jauh membaik dibandingkan kondisi full year 2020, yang merupakan awal pandemi COVID-19 yang pada saat itu penyaluran kredit terkontraksi sebesar -2,4 persen.
Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa. Foto: Ave Airiza Gunanto/kumparan
Pertumbuhan DPK yang lebih tinggi dari pertumbuhan kredit, membuat likuiditas perbankan masih longgar dengan rasio LDR di level 78,0 persen. Longgarnya likuiditas tersebut, tercermin juga pada tingginya aset likuid bank yang didominasi oleh penempatan pada SBN dan pada Bank Indonesia.
ADVERTISEMENT
"Dari sisi kualitas aset, Gross NPL terjaga di level 3,1 persen. Namun demikian, masih dibayangi potensi peningkatan risiko kredit dari kredit yang restrukturisasi, dan kredit kolektibilitas," papar Purbaya di acara Silaturahmi LPS dan Perbankan bertema Tantangan Perekonomian Global dan Ketahanan Perbankan Indonesia di Tahun 2022, dihelat di Jakarta, Selasa (12/04)
Purbaya menuturkan, rasio Loan at Risk saat ini sebesar 19,8 persen dan rasio kredit restrukturisasi sebesar 16,4 persen. Apabila dibandingkan dengan tahun 2020, rasio risiko kredit tersebut menunjukkan tren perbaikan.
Sebagai bentuk mitigasi risiko kredit tersebut, perbankan terus memupuk CKPN secara bertahap yang telah mencapai Rp 353,7 triliun per Februari 2022. Sehingga rasio coverage CKPN terhadap NPL sudah relatif tinggi mencapai 199,4 persen.
Ilustrasi uang rupiah. Foto: Aditia Noviansyah
Seiring dengan penurunan tingkat bunga penjaminan LPS, suku bunga di pasar, baik suku bunga simpanan maupun suku bunga kredit juga mengalami tren penurunan.
ADVERTISEMENT
Tren penurunan TBP LPS juga sejalan dengan tren penurunan suku bunga acuan bank sentral. Dalam kebijakannya, LPS terus bersinergi dengan bank sentral selaku otoritas kebijakan moneter, untuk mendukung pemulihan ekonomi nasional.
"Kami akan terus mencermati respons suku bunga simpanan di industri perbankan, dan melakukan evaluasi kebijakan Tingkat Bunga Penjaminan untuk turut serta mendukung terciptanya stabilitas sistem keuangan," tutup Purbaya.