KLHK Gunakan Pendekatan Circular Economy untuk Dorong Pengelolaan Sampah

10 November 2020 15:17 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Sampah-sampah di Bantargebang, Bekasi. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Sampah-sampah di Bantargebang, Bekasi. Foto: Aditia Noviansyah/kumparan
ADVERTISEMENT
Sampah merupakan masalah besar yang harus dihadapi pemerintah dan masyarakat terlebih bagi yang tinggal di perkotaan. Tidak hanya upaya untuk mengurangi sampah, pemerintah juga terus mendorong program pengelolaan sampah yang baik dan benar.
ADVERTISEMENT
Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Alue Dohong mengatakan, pengelolaan secara benar baru dilakukan terhadap 50 persen dari total keseluruhan sampah nasional.
“Apa yang sudah kita capai terkait pengelolaan sampah? Untuk pengelolaan sampah yang sudah kita anggap baik dan benar memang 50:50 dengan pengelolaan sampah yang tidak baik,” ujar Alue dalam Webinar Sahabat Daur Ulang “Memperkuat Waste Management Untuk Mendukung Circular Economy”, Selasa (10/11).
Wakil Menteri LHK Alue Dohong. Foto: Kemen LHK
Alue merinci timbunan sampah pada 2019 hampir didominasi oleh sampah rumah tangga sebesar 60 persen. Kemudian pasar tradisional juga menyumbang sampah sebanyak 13 persen.
“Memang timbunan sampah kota itu ada di rumah tangga,” ujarnya. Jika dilihat dari komposisinya, sampah yang paling banyak merupakan sisa makanan yaitu 44 persen. Sedangkan sampah plastik menempati posisi kedua dengan presentase sebanyak 15 persen dari timbunan sampah nasional. Sisanya yaitu berupa kayu, ranting, kertas dan lain-lain.
ADVERTISEMENT
Untuk menangani timbunan sampah tersebut, Alue mengatakan pemerintah menggunakan tiga pendekatan. Pertama, gerakan pilih sampah, kemudian circular economy dan pelayanan.
Pendekatan pertama menurut Alue adalah dengan menyasar perubahan perilaku masyarakat melalui edukasi dan sosialisasi. Harapannya masyarakat bisa mengurangi penggunaan single use plastic bag, penggunaan alat makan plastik, hingga sterofoam.
Sedangkan pendekatan kedua yaitu melalui circular economy yang kini menjadi salah satu andalan pemerintah. “Yang sebenarnya sangat potensial yaitu konsep circular economy. Sampah dapat diselesaikan sebagai sumber daya baru dan membantu pertumbuhan ekonomi. Dulu waste is waste. Sekarang waste bisa menjadi ekonomi bernilai,” ujarnya.
Menurutnya pendekatan ini sangat penting bagi Indonesia yang tiap tahun memproduksi banyak sampah. Alue meyakini konsep pengelolaan sampah menjadi bernilai ekonomis ini bisa menumbuhkan perekonomian baru. Beberapa program yang sudah berjalan hingga saat ini misalnya pusat daur ulang, bank sampah, Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) dan sejenisnya.
ADVERTISEMENT
Menurut Alue, circular economy tidak hanya melulu mengubah sampah menjadi produk yang bisa dijual kembali. Namun juga konsep waste to energy atau mengubah sampah menjadi energi listrik misalnya.
Namun untuk mewujudkan hal tersebut, Alue mengatakan diperlukan lingkungan yang mendukung. Menurutnya, daerah yang ingin mengelola sampah dengan baik harus mau mengalokasikan APBD untuk penyediaan infrastruktur.
Challange-nya yaitu cost-nya lumayan besar. Tetapi kalau berhasil maka sampah bisa dijadikan waste to energy yang bernilai,” ujarnya.