Kolaborasi Bank Jago dan GoBiz, Begini Dampaknya buat Bisnis Fintech GoTo

11 Agustus 2022 8:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
 Kerja sama Bank Jago dengan Aplikasi Gobiz. Foto: Dok. Bank Jago
zoom-in-whitePerbesar
Kerja sama Bank Jago dengan Aplikasi Gobiz. Foto: Dok. Bank Jago
Sebagai pilar ketiga dari lini bisnis PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), kontribusi layanan financial technology (fintech) yang dijalankan GoTo Financial diprediksi terus meningkat. Estimasi ini sejalan dengan adanya proyeksi percepatan profitabilitas perusahaan digital terbesar di Indonesia tersebut.
Ya, pasalnya kolaborasi GoTo Financial dengan PT Bank Jago Tbk (ARTO) terwujud melalui pembukaan akses layanan Bank Jago di aplikasi GoBiz untuk para mitra usaha Gojek dan GoTo Financial. Saat ini GoTo Group memiliki sebanyak 21,4 persen saham di Bank Jago.
Deputy Head of Research Sucor Sekuritas, Paulus Jimmy, mengapresiasi kolaborasi Bank Jago yang mengoptimalkan ekosistem GoTo, khususnya pilar bisnis GoTo Financial melalui GoBiz yang merupakan aplikasi merchant untuk mengelola bisnis para mitra usaha Gojek dan GoTo Financial.
”Ini menjadi salah satu sinergi ekosistem GoTo dengan Bank Jago. Ke depannya jika penyaluran kredit atau modal kerja kepada mitra usaha GoBiz bisa berjalan dengan baik, tentu saja menjadi extra revenue dari sisi GoTo Financial,” ungkap Paulus.
Menurut Paulus, hasil dari kolaborasi Bank Jago dengan GoTo Financial—terutama terhadap percepatan profitabilitas GoTo—akan terus meningkat seiring dengan semakin luasnya daya jangkau ke masyarakat. Ia pun menilai bahwa ruang tubuh dari kolaborasi ini masih besar, meski masih menunggu bentuk sinergi dari ekosistem GoTo dengan partner lainnya.
Pernyataan tersebut senada dengan riset terbaru yang disampaikan oleh analis Samuel Sekuritas Indonesia, Muhammad Farras Farhan. Ia mengatakan bahwa lini bisnis fintech GoTo menjadi perekat segmen bisnis on-demand dan e-commerce ini akan semakin berkembang dan menyumbang pendapatan lebih banyak ke GoTo Group.

Dampak Kolaborasi Bank Jago dan GoBiz

Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar, diapit (ki-ka) : Head of Merchant Business Bank Jago, Vincent C. Soegianto, dan Head of Merchant Platform GoTo Financial, Novi Tandjung dalam acara peluncuran kerjasama Bank Jago dengan Aplikasi Gobiz di Jakarta, (9/8). Foto: Dok. Bank Jago
Berdasarkan keterangan resminya, GoTo Financial memiliki beberapa bisnis yang terbagi dalam empat kategori, yaitu pembayaran konsumen, pembayaran pedagang, solusi pedagang, dan platform pinjaman.
Pembayaran konsumen dijalankan melalui GoPay yang merupakan pemimpin pasar (88 persen) menurut survei terbaru dari Populix. Untuk solusi merchant, GoTo Financial menggunakan brand GoBiz dan Moka yang menawarkan layanan POS (Point of Sale) yang memudahkan merchant mengakses pembayaran digital dari konsumen.
Sedangkan untuk platform pinjaman, GoTo Financial menawarkan layanan GoPaylater dan GoModal, yang memberikan akses ke pinjaman modal (GoModal) dan skema beli sekarang bayar nanti (GoPaylater) dengan imbalan biaya berlangganan dan pendapatan bunga.
Analis CGS-CIMB juga menyebutkan bahwa nantinya Bank Jago akan bermitra dengan GoTo Financial untuk memberikan produk pinjaman kepada para merchant dan konsumen GoTo.
Di sisi lain, Citi Research dari Citigroup Sekuritas Indonesia (CSI) memberikan target harga (target price) yang tinggi untuk saham GoTo karena mereka percaya pada kekuatan kolaborasi ekosistem Gojek, Tokopedia, GoTo Financial, dan Bank Jago yang menjadi andalan masyarakat Indonesia untuk kebutuhan sehari-hari mereka.
Menurut tim riset Citi, keunikan ekosistem GoTo yang terintegrasi bisa meningkatkan prospek pertumbuhan dan monetisasi GoTo Group di masa mendatang. Apalagi, jika GoPay dan Bank Jago meningkatkan kapabilitas monetisasinya.
Tim riset Citi—yang terdiri dari Ferry Wong CFA, Ryan Davis, Justian Rama, Alicia Yap CFA, dan Nelson Cheung—mengatakan bahwa tingkat pengambilan yang relatif rendah (low take rates) untuk e-commerce GoTo dan GoTo Financial.
“Dalam pandangan kami, tingkat pengambilan yang lebih rendah memiliki potensi positif dan akan menghasilkan pendapatan serta profitabilitas yang lebih tinggi. Kami sedikit di depan dibandingkan konsensus dalam menilai pertumbuhan GTV (Gross Transaction Value) dan perkiraan pendapatan,” tulis mereka.
Citi Sekuritas memproyeksi GTV GoTo tumbuh 42 persen pada 2022 menjadi Rp655 triliun, tumbuh 49 persen pada 2023 menjadi Rp974 triliun, dan naik 43 persen pada 2024 menjadi Rp1.389 triliun. Pendapatan bersih GoTo diyakini melesat 51 persen pada 2022 menjadi Rp23 triliun, naik 46 persen pada 2023 menjadi Rp34 triliun, dan meningkat lagi 41 persen pada 2024 menjadi Rp47 triliun.