Kolaborasi Jadi Kunci Kartu Prakerja untuk Optimalkan Transformasi Digital

8 April 2021 11:58 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Ilustrasi daftar kartu Prakerja. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi daftar kartu Prakerja. Foto: Dicky Adam Sidiq/kumparan
Pandemi menciptakan pergeseran kebiasaan bagi sebagian besar kehidupan masyarakat. Yang dulunya bisa bebas bertemu orang di keramaian, kini harus menjaga jarak dan patuh terhadap protokol kesehatan. Tujuannya satu, demi memutus rantai penyebaran COVID-19.
Di sisi lain, adanya perubahan kebiasaan ini juga berdampak terhadap transformasi digital di berbagai negara, tak terkecuali di Indonesia. Transisi digital pun sudah terlihat di berbagai sektor industri demi mempermudah urusan masyarakat.
Contoh sederhananya bisa dilihat dari kegiatan berbelanja yang hanya bermodalkan smartphone dan koneksi internet. Atau transaksi keuangan yang kini juga bisa dilakukan menggunakan teknologi digital secara keseluruhan.
Salah satu perusahaan teknologi terbesar dunia, Alibaba, pun telah lama memprediksi digitalisasi akan semakin pesat di Indonesia. Head of Solutions Architecture Alibaba, Max Meiden Dasuki, mengatakan bahwa potensi inilah yang akhirnya membuat Alibaba Cloud memutuskan untuk membangun data center terbesarnya pada 2018 lalu.
“Kami melihat pertumbuhan digital di Indonesia itu sangat cepat. Dan dibandingkan dari perusahaan luar yang step by step, di Indonesia sangat cepat untuk mengadopsi hal-hal yang baru. Karena masalah pandemi ini, semakin banyak perusahaan dan individu yang melek dengan ekosistem digital, mulai dari retail, logistic, dan financial service,” ungkapnya dalam webinar ‘1 Tahun Perjalanan Kartu Prakerja’ di kanal YouTube Kartu Prakerja (18/3).
Selain mempermudah pelayanan konsumen, transformasi digital juga memberi dampak baik bagi birokrasi di lembaga pemerintah dan pelayanan masyarakat. Transformasi digital dapat dilihat salah satunya lewat Program Kartu Prakerja.
Diluncurkan saat awal pandemi COVID-19, seluruh tahapan program Kartu Prakerja dilakukan secara digital. Mulai dari proses pendaftaran peserta, penyaringan, pelatihan, hingga pembagian insentif bagi penerima program Kartu Prakerja dilakukan tanpa adanya tatap muka.
Jalan digital ini dipilih tidak hanya sebagai langkah preventif mencegah penyebaran virus yang lebih luas, namun juga untuk mempermudah pelayanan masyarakat agar dapat terus melakukan evaluasi dan perbaikan yang lebih optimal.
Direktur Operasi PMO Kartu Prakerja, Hengki M. Sihombing, mengakui bahwa tidak mudah awalnya mewujudkan Program Kartu Prakerja yang seluruhnya menggunakan sistem digital. Selain waktu yang singkat, kesulitan selanjutnya adalah bagaimana mengimplementasikan regulasi yang berlaku ke dalam sistem Kartu Prakerja.
Webinar ‘1 Tahun Perjalanan Kartu Prakerja’ di kanal YouTube Kartu Prakerja (18/3). Foto: Youtube Kartu Prakerja
Karenanya, Kartu Prakerja pun menggandeng perusahaan swasta yang juga bergerak di sektor teknologi. Beberapa di antaranya adalah Tokopedia, LinkAja, dan perusahaan teknologi yang berbasis di China, Alibaba.
“Kartu Prakerja merupakan lembaga pemerintahan yang pertama melakukan kemitraan dengan digital platform swasta. Program ini 100 persen digital, dari pendaftaran sampai penerimaan insentif tidak ada tatap muka dan pertemuan fisik. Oleh karena itu dengan bantuan beberapa mitra ini, baik mitra pembayaran maupun digital platform, mereka sudah sangat kredibel menciptakan user experience di platform mereka,” terang Hengki.

Kerja sama jadi kunci transformasi digital

Program Kartu Prakerja menggaet Tokopedia sebagai salah satu platform digital yang menyediakan fasilitas pembelian kelas pelatihan online. Co-Founder Tokopedia, Leontinus Alpha Edison, mengatakan bahwa sejak awal menjalin kerja sama, pihaknya bersama PMO Kartu Prakerja selalu aktif mengkurasi lembaga pelatihan yang paling berkualitas, melakukan monitoring dan evaluasi. Tujuannya agar masyarakat bisa mendapatkan fasilitas pelatihan yang paling baik.
“Kami merasa terhormat bisa memberikan akses untuk pelatihan yang akuntabel dan transparan. Kita juga sama-sama mengkurasi lembaga pendidikan yang sudah bergabung bersama Tokopedia, dan PMO benar-benar mendukung dan memilih yang benar-benar berkualitas,” ungkap Leontinus.
Sejalan dengan Tokopedia, LinkAja sebagai mitra Kartu Prakerja untuk pembayaran insentif penerima bantuan semi bansos ini pun sejak awal punya komitmen yang sama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Terutama dalam hal rangka mewujudkan peningkatan inklusi keuangan yang merata di Indonesia.
Bukan tanpa alasan, CEO LinkAja, Haryati Lawidjaja, mengungkapkan hingga kini tak sedikit masyarakat yang masih kesulitan untuk mengakses layanan keuangan, terutama di daerah terpencil dan kota tier 2 dan tier 3.
Melalui kerja sama ini, peserta penerima program Kartu Prakerja bisa lebih mudah mengakses insentifnya usai pelatihan, baik untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari maupun tarik tunai dari ATM Himbara.
“Tujuan kami (LinkAja) mempercepat inklusi keuangan di Indonesia dan fokus kepada masyarakat menengah ke bawah, UMKM, serta masyarakat yang masih unbank atau underbank. Kami memberikan kenyamanan dengan mereka bisa menarik dana tunai di semua ATM Himbara, kantor pos, pegadaian, dan modern retail,” sambung Haryati.
Warga mencari informasi tentang pendaftaran program Kartu Prakerja gelombang kedua di Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra
Sebagai sebuah program yang keseluruhan pelayanannya menggunakan teknologi digital, keamanan data jadi salah satu prioritas di awal pembentukan program Kartu Prakerja. Dengan memanfaatkan infrastruktur keamanan data yang dimiliki Alibaba Cloud, Hengki menjamin seluruh data peserta maupun penerima Kartu Prakerja aman dan tidak bisa diakses oleh sembarang orang.
Akses data di jajaran internal Kartu Prakerja pun sangat terbatas. Lebih lanjut Hengki menjelaskan, perizinan penyebaran data terbatas hanya di lingkup lintas kementerian dan lembaga, yang tujuannya untuk pemerataan pemberian insentif semi bansos ini agar tidak saling beririsan.
Sebelum perizinan tersebut, PMO juga harus membuat berita acara untuk data apa saja yang boleh diberikan dan terbatas disebarkan ke kementerian atau lembaga terkait.
“Kita menerapkan privacy policy, artinya kita menjaga betul kerahasiaan data yang diinput peserta Prakerja maupun mereka yang menjadi penerima Kartu Prakerja. Database penerima Kartu Prakerja, lembaga pelatihan, jenis pelatihan, data rekening mereka, hingga data survei, semuanya tersimpan dengan aman di infrastruktur Kartu Prakerja yang di-support Alibaba,” pungkas Hengki.
Artikel ini merupakan bentuk kerja sama dengan Kartu Prakerja