Komisaris Utama BSI: Bank Syariah Berpotensi Terapkan Sustainable Finance

8 Mei 2024 12:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-circle
more-vertical
Komisaris Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Muliaman D. Hadad, dalam acara 3rd Annual International Conference on Muslim World Economy and Business (ICMWEB) di Lecture Hall, Joko Widodo Rectorate Building UIII Depok, pada Selasa (7/5). Foto: dok. BSI
zoom-in-whitePerbesar
Komisaris Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Muliaman D. Hadad, dalam acara 3rd Annual International Conference on Muslim World Economy and Business (ICMWEB) di Lecture Hall, Joko Widodo Rectorate Building UIII Depok, pada Selasa (7/5). Foto: dok. BSI
Komisaris Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk (BSI), Muliaman D. Hadad, menjabarkan bagaimana bank syariah dapat mempraktikkan keuangan berkelanjutan (sustainable finance). Melalui sustainable finance, bank syariah dapat berkontribusi serta menciptakan lingkungan bisnis, sosial, dan masyarakat yang lebih berkelanjutan.
Hal tersebut dikemukakan dalam acara 3rd Annual International Conference on Muslim World Economy and Business (ICMWEB) di Lecture Hall, Joko Widodo Rectorate Building UIII Depok, pada Selasa (7/5).
Menurut Muliaman, sustainable finance erat kaitannya dengan perubahan iklim, tetapi tidak terbatas hanya pada aspek lingkungan. Sebab, sustainable finance mengintegrasikan aspek lingkungan (environment), sosial (social), dan tata kelola (governance) atau ESG ke dalam keputusan investasi dan pembiayaan yang diselaraskan dengan Sustainable Development Goals (SDGs).
Pada konteks industri keuangan syariah, fokus sustainable finance dengan ESG selaras dengan tujuan-tujuan syariah (maqashid syariah) yang menjadi landasan bisnis bank syariah.
Misalnya pada aspek lingkungan, prinsip penggunaan sumber daya alam secara bertanggung jawab sejalan dengan prinsip pelestarian alam. Berdasarkan prinsip ini, bank syariah dapat berperan aktif membiayai proyek ramah lingkungan, mengembangkan produk dan layanan berbasis green, serta menerapkan praktik ramah lingkungan di kantornya.
“Bank perlu mengeluarkan produk dan menjalankan bisnis sesuai dengan ESG. Bank butuh modal untuk menjalankan bisnis mereka dan untuk berinvestasi, tapi kemudian dari mana modal ini berasal menjadi sangat penting sekarang. Jadi akses untuk sustainable finance dalam bisnis sangat penting,” katanya.
Muliaman mengatakan, bank juga perlu memahami betul penerapan sustainable finance. Bukan hanya pembiayaan, tetapi juga instrumen-instrumen lainnya seperti sukuk dan green loan.
Ia menyebut, bank syariah memiliki potensi untuk berkontribusi dalam sustainable finance. Hal ini tidak lepas dari prinsip utama dalam bank syariah yang melarang adanya riba dan investasi pada hal-hal yang tidak sesuai dengan hukum Islam, merugikan alam, dan tidak etis.
Penekanan pada investasi ini dapat membantu mendorong keuangan berkelanjutan dengan mengarahkan modal ke proyek-proyek yang bertanggung jawab secara sosial.
“Bank syariah mendorong pembagian risiko dan pembagian keuntungan, yang dapat membantu meningkatkan inklusi keuangan dengan menyediakan akses terhadap keuangan bagi masyarakat yang kurang terlayani,” paparnya.
Lalu pada aspek sosial, lanjut Muliaman, prinsip yang didorong adalah mempromosikan keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat. Bank syariah telah melakukannya melalui penerima zakat, infak, sedekah, dan wakaf serta menyalurkannya melalui lembaga filantropi. Bank syariah juga mendorong program pemberdayaan masyarakat dan UMKM.
Sementara dalam hal tata kelola, prinsip sustainable finance mendukung transparansi, akuntabilitas, dan etika dalam aktivitas bisnis. Prinsip yang sama dijunjung bank syariah dalam setiap aktivitasnya. Bahkan, terdapat pengawasan etika bisnis sesuai prinsip syariah yang dijalankan oleh Dewan Pengawas Syariah.
“Peran masyarakat juga sangat penting sebagai salah satu pemangku kepentingan yang dapat mendorong bisnis agar akuntabel dan transparan. Oleh karena itu, kolaborasi dan partnership sangat penting untuk membuat ESG ini semua nyata,” ucap Muliaman.
Untuk mengoptimalkan potensi yang ada, Muliaman mengatakan terdapat setidaknya tiga hal yang perlu dilakukan bank syariah.
Pertama, edukasi prinsip keuangan berkelanjutan dan ESG kepada segenap stakeholder yang meliputi nasabah, investor, dan masyarakat, dengan kolaborasi bersama pemerintah, regulator, dan organisasi non-profit.
Kedua, formulasi framework ESG sebagai pedoman untuk pelaksanaan, pengukuran, serta pengawasan di bank syariah, termasuk sertifikasi dan rating ESG.
Ketiga, peningkatan porsi pembiayaan di sektor ESG dengan tetap menerapkan manajemen risiko yang prudent.
“Secara prinsip bank syariah semestinya menjadi salah satu penggerak pencegahan perubahan iklim melalui keuangan berkelanjutan. Namun, bila bank syariah tidak berupaya mengadopsinya, maka bank syariah tidak hanya kehilangan momentum, namun juga berpotensi kehilangan pangsa pasar dan daya saing di masa yang akan datang,” tutupnya.
Artikel ini dibuat oleh kumparan Studio